Hari-hari pertamaku tanpa Doni terasa sangat berat. Sekarang aku hidup sediri lagi tidak punya harta dan tidak punya seorang sahabat. Satu hal yag dapat aku petik dari peristiwa tertabraknya Doni adalah hidup itu harus berjalan. Sebuah semangat yang selalu berkobar, senyum lebar yang menghiasi wajah itu, dua kaki yang selalu berjalan mengelilingi kota untuk mencari seratus perak. Itu semua adalah sikap doni yang selalu aku inggat.
Satu hal yang membuatku tersentuh adalah ketika aku meemuka sebuah gitar kecil yang masih terbungkus plastik toko disela-sela kardus. Aku memandagi gitar tersebut dan aku inggat ini adalah gitar yang ingin aku beli saat bersama Doni, saat itu aku berkata kepada Doni suatu saat aku ini membeli gitar ini dengan hasil mengamenku karena gitar ku sudah tidak bisa dipakai lagi. Aku berfikir mungkin ini adalah gitar pemberian Doni.
Mulai saat itu aku bangkit dari keterpurukan. Aku berjalan menyusuri pinggiran kota untuk mengamen. Walau hanya seratus demi seratus yang dapat aku kumpulkan untuk meyambung hidup. Satu keyakinan pada diriku sedikit demi sedikit lama-lama akan menjadi bukit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H