Mohon tunggu...
selvia yuliawati
selvia yuliawati Mohon Tunggu... -

hidup itu pilihan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seratus Perak

10 Januari 2014   10:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:58 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Heranya orang-orang hanya melihat dari kejauhan memandangiku membopong seorang pengamen yang tengah terluka dibagian kepala hingga mengakibatkan pendarahan yang tak henti-henti di bagian kepala. Namun ada seorang tukang becak menghampiri kami di tepi jalan.

Dia berkata, “ Nak naikan temanmu ke becak abang, nak!” dengan nada garang.

Aku pun langsung menaikkan Doni ke dudukan becak itu dan abang becak segera mengayuh becak menuju rumah sakit terdekat. Sesampai di rumah sakit tukang becak itu berkata, “Tuhan hanya suka kepada orang-orang yang tabah hati dan mensyukuri segala sesuatu dengan iklas”.

Nampaknya benar omongan tukang becak itu di sisi lain tentu Allah SWT tidak adil dengan kehidupan ini. Banyak orang dapat tertawa terbahak-bahak sedangkan aku disini hanya berkelimpahan air mata buka berkelimpahan harta dunia. Aku hanya dapat berkesimpulan bahwa aku hanya bisa sabar dan pasrah dengan keadaan ini.

Setelah beberapa jam kami menunggu, akhirnya pintu kamar UGD terbuka dan tampak dokter keluar segera menghampiri kami berdua. Dokter haya menatapku saja tanpa sepatah kata yang terucap. Aku beranikan untuk bertanya kepada dokter tersebut mengenai keadaan Doni sahabatku. Yah, sempat terpikikan oleh ku bahwa keadaan Doni buruk hingga bisa membungkam mulut dokter yang seakan menutupi suatu rahasia besar.

Aku terus berpikir positif mengenai keadaan Doni, dan akhirnya dokter itu mulai menjelaskan kepada kami berdua dengan sangat hati-hati dan tampak lirih, kekawatiranku akhirnya terungkap. Sepatah dua kata yang keluar dari mulut dokter itu bagaikan pedang yang menghujam jantungku. Doni sudah tidak bernyawa karena kehabisan darah. Sudah ku pastikan dari tadi hasilnya akan seperti ini. Ternyata keajaiban tidak berpihak pada Doni . Doni sekarang sudah tiada.

Aku meghela napas panjang untuk menenagkan perasaanku yang campur aduk rasanya. Air mata ini mulai tak terbendung lagi membasahi pipiku. Abang tukang becak mengelus-elus kepalaku seakan mencoba memberiku semangat agar kuat meghadapi cobaan ini.

“ Kamu harus kuat Nak,” bisik abang tukang becak itu ditelingaku.

“ Iya,” jawabanku singkat.

“ Minum air putih ini Nak untuk menenagkanmu”

Segera aku minum air putih itu lalu aku membiarkan badanku dikursi ruang tunggu pasien. Mulai berat mata ini untuk terbuka, mulai letih badan ini untuk berbaring. Tanpa sadar aku mulai tertidur hingga esok hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun