“Anis sayang…maafkan Ibu, Nak..Ibu harus pergi meninggalkanmu untuk selamanya. Pesan Ibu, jadilah anak yang baik.. Bu Marni akan merawatmu karena ia sangat sayang padamu.” Ujar Ibu sambil menyeka air mata Anis.
“Maafkan aku, Bu..karena aku, Ibu jadi seperti ini..aku sayang Ibu.”
“Ibu sudah memaafkanmu sebelum kau meminta maaf, Nak..Ibu juga sayang kamu..Selamat tinggal!”
Perlahan Sang Ibu pergi meninggalkan Anis. Ia terbang melayang sambil melambaikan tangannya. Semakin menjauh. Semakin menjauh.
Perlahan mata Anis terbuka. Ia tersadar dari pingsannya.
“Kamu sudah sadar, Nak? Ayo minum dulu!”
Bu Marni memberi Anis segelas air putih. Ternyata bu Marni menjaga dan melantunkan doa-doa selama Anis pingsan.
Anis meneteskan air mata sambil memeluk foto ibunya yang ia ambil dari meja samping tempat tidurnya.
“Jangan bersedih, Sayang…biarkan ibumu tenang di alam sana…sekarang anggap aku ini ibumu..Ibu sayang kamu, Nak.”
Bu Marni memeluk Anis. Sejak itu, Anis dirawat dan dibesarkan oleh bu Marni. Ia hidup bahagia bersama bu Marni.