Mohon tunggu...
Ilva
Ilva Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"When everything seems to be going against you, remember that the airplane takes off against the wind, not with it". - Henry Ford

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berani Menyebut Kata Ucing Disini?

28 Februari 2015   04:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:23 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_370821" align="aligncenter" width="300" caption="Sumedang Tandang Nyandang Kahayang (https://beritanuansa.files.wordpress.com)"][/caption]

Sumedang memang keramat dan masih menyimpan banyak cerita mistik. Kabupaten dengan slogan ‘Sumedang Kota Budaya’ yang tertulis di gerbang selamat datang ini dahulunya merupakan pusat kerajaan Sunda yang memiliki kekuasaan bahkan konon katanya sampai Banten dan daerah-daerah lain di Jawa Barat yang saat ini sudah menjadi kabupaten sendiri-sendiri.

Sumedang memang keramat, namun desa yang satu ini lebih keramat lagi. Ada yang berbeda ketika anda berkunjung ke sebuah desa di Sumedang Jawa Barat. Desa tersebut bernama Desa Cipancar, yang jaraknya kurang lebih 5 kilometer dari arah alun-alun Sumedang atau bisa ditempuh selama kira-kira 15 menit dengan naik kendaraan. Desa yang masih asri dengan hamparan sawah di kiri kanan jalan dan terdapat sungai yang mengalir jernih di kaki gunung Gajah ini ternyata menyimpan pantrangan atau biasa kami orang Sunda menyebutnya dengan kata pamali.

Anda tentu asing mendengar kata ‘enyeng’, bahkan untuk sesama orang Sumedang sendiri (dari daerah lain) kendati Cipancar juga sama-sama berada di Sumedang.

[caption id="attachment_370822" align="aligncenter" width="300" caption="Desa Cipancar, Sumedang (http://id.worldmapz.com)"]

14250517271445326405
14250517271445326405
[/caption]

Yups..memang, ada sebuah mitos yang melatarbelakangi ada apa dibalik penamaan itu sendiri. Kata enyeng adalah kata ganti untuk ucing atau kucing bagi warga desa ini . Orang orang di desa ini pantrang menyebut hewan berkaki empat dan rupanya menyerupai harimau namun kecil tersebut dengan kata ucing atau kucing sebagaimana orang di daerah lain menyebutnya, meskipun orang sini telah merantau dan tinggal di daerah lain, pantrangan ini masih tetap dihormati sampai sekarang.

Ucing adalah nama leluhur kami, orang Cipancar. Jaman dahulu memang masih sering menamai orang dengan nama binatang contohnya Prabu Gajah Agung, Hayam Wuruk, Gajah Mada, dan lain-lain. Nama ucing sendiri adalah nama dari leluhur kami yang memiliki nama asli Sunan Umbara. Konon, apabila salah satu dari kami melanggar pantrangan tersebut, akan terjadi hujan besar yang disertai petir dimana-mana. Maka jangan heran jika anda berkunjung kesini dan mendapati salah satu dari kami menyebut kata enyeng, itu artinya adalah kucing.

Percaya maupun tidak, tentu kita harus menghargai tradisi lisan yang merupakan bagian dari kearifan lokal daerah ini bukan?

Sumedang memang tidak menawarkan apapun, dari segi tempat wisata masih kalah dengan Garut, dari segi kemajuan kota pun rasa rasanya Sumedang masih kalah dibanding kabupaten lain di Jawa Barat. Tidak ada mall yang menyajikan berbagai hiburan seperti bioskop atau tempat makan ala barat seperti pizza hut atau lainnya seperti halnya Tasik yang sudah mempunyai mall. Adapun tempat seperti itu adanya di daerah Jatinangor yang entahlah apakah orang Jatinangor sendiri masih ingin menyebutnya sebagai orang Sumedang atau justru orang Bandung kendatipun Jatinangor secara administratif masuk wilayah Sumedang.

Sumedang memang tidak menawarkan apapun, tetapi orang Sumedang bangga karena berdiam di tempat dimana dahulunya merupakan ibukota kerajaan padjajaran, Sumedang larang. Adalagi, ada 3 hal yang lekat dan membuat Sumedang dikenal, yaitu : Tahu Sumedang, penyanyi Rossa, dan kasus IPDN yang dahulu pernah terjadi.

Salam dari Sumedang, kota sejarah..27 februari 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun