Mohon tunggu...
Rahmah Fitroh
Rahmah Fitroh Mohon Tunggu... -

Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Fakultas Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mari, Belajar dengan Tiga Aliran Filsafat Manusia

7 April 2014   15:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:58 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam penulisan artikel saya yang kedua, saya akan sedikit menjelaskan aliran-aliran filsafat. Terdapat beberapa aliran di dalam filsafat manusia. Masing-masing aliran memiliki pandangan tentang hakikat atau esensi manusia. Dari sekian banyak aliran, terdapat dua aliran tertua dan terbesar, yaitu materialisme dan idealisme. Aliran-aliran lain, selain dua aliran tersebut pada prinsipnya merupakan reaksi yang berkembang terhadap kedua aliran tersebut. Aliran tersebut adalah dualisme, vitalisme, eksistensialisme, dan strukturalisme.

Materialisme

Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material dan fisik. Ciri utama pada manusia bersifat material dan fisik tersebut adalah bahwa ia menempati rung an waktu, memiliki kekuasaan (res extensa) dan bersifat objektif. Karena menempati ruang dan waktu serta memliki sifat tersebut, maka ia bisa di ukur, dikuatifikasikan (dihitung), diobservasi. Alam spiritual atau jiwa, yang tidak menempati ruang, tidak bisa disebut esensi kenyataan, dan oleh karena itu ditolak keberadaannya.

Pada aliran materialisme ini, menolak adanya kepercayaan tentang spiritual. Para materialis percaya bahwa tidak ada kekuatan apa pun yang bersifat spiritualdi balik gejala atau peristiwa yang bersifat material itu. Jika sesuatu yang belum dapat diketahui oleh manusia, atau yang yang belum dapat dipecahkan oleh manusia, itu berarti bukan karena ada kekuatan spiritual. Tetapi karena pengetahuan dan akal manusia yang blum dapat memahaminya.

Idealisme

Kebalikan dari materialisme adalah idealisme. Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering disebut juga spiritualisme). Para idealis percaya bahwa ada kekuatan atau kenyataan spiritual di belakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari kenyataan spiritual ini adalah berpikir (res cogitans). Karena kekutan atau kenyataan spiritual tidak bisa diukur atau dijelaskan berdasarkan pada pengamatan empiris, maka kita hanya bisa menggunakan metafor-metafor kesadaranmanusia. Misalnya, kekuatan spiritual dianggap bersifat rasional, berkehendak, berperasan, kreatif, dan lain-lain.

Fungsi metafor kesadaran manusia untuk menjelaskan kenyataan sejati oleh para idealis, sama halnya dengan fungsi metafor hewan (tikus atau anjing) dan komputer untuk menjelaskan perilaku manusia oleh para behavioris dan oleh para psikologi kognitif dalam ilmu psikologi. Dengan diakuinya kenyataan sejati sebagai bersifat spiritual, tidak berarti bahwa para idealis menolak kekuatan-kekuatan yang bersifat fisik (material) dan menolak adanya hukum alam. Sebagaimana dikemukakan oleh Hagel (1770-1831) kekuatan fisik dan hukum alam itu memang ada, tetapi keberadaannya merupakan manifestasi dari kekuatan atau kenyataan yang sejati dan lebih tinggi, yakni roh Absolut.

Aliran-aliran lain

Dualisme

Menurut aliran dualisme, kenyataan sejati pada dasarnya adalah baik bersifat fisik maupun spiritual. Tidak betul kalau dikatakan bahwa esensi kenyataan adalah sesuatu yang bersifat fisik material, karena banyak kejadian di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan berdasarkan pada gejala-gejala yang bisa di ukur oleh ilmu-ilmu alam atau diamati oleh pancaindera. Dan Tidak betul juga jika dikatakan bahwa esensi kenyataan adalah roh atau jiwa, karena siapa pun tidak bisa menyangkal keberadaan dan kekuatan yang nyata dari materi. Yang betul adalah bahwa kenyataan sejati merupakan perpaduan antara materi dan roh.

Apa yang merupakan esensi dari kenyataan adalah juga merupakan esensi dari manusia. Manusia adalah makhluk yang terdiri dari dua substansi, yakni materi dan roh, atau tubuh dan jiwa. Sebagaimana dikemukakan oleh Descrates (1596-1650), tubuh adalah substansi yang ciri atau karakteristiknya adalah berkeluasan (res extensa), menempati ruang dan waktu. Karena karakteristik dari tubuh adalah res extensa maka siapa pun bisa mengamati, menyentuh, mengukur, dan mengkuatifikasinya.

Semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun