Mohon tunggu...
Santi Rizkiyanti
Santi Rizkiyanti Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Universitas Jember, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), Kosentrasi Ekonomi Moneter Angkatan 2012.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Shadow Banking Bagai Gelembung Finansial yang Siap Meletup

13 Mei 2015   19:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Santi Rizkiyanti*)

Stabilitas sistem keuangan menjadi impian dan tujuan setiap bank sentral di dunia, guna mendorong dua sektor penting dalam perekonomian yakni sektor riil dan sektor finansial. Berbagai kebijakan sebagai bentuk stimulus sistem keuangan menjadi peranan penting dalam keberlangsungan kondisi pasar uang dan barang suatu negara. Namun, ada kalanya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan bank sentral menjadi kurang efisien karena beberapa hal. Krisis global tahun 2008 merupakan contoh nyata bahwa stabilitas antara sektor riil dan keuangan sangat penting. Krisis yang berawal dari kebijakan Greenspan (Gubernur Federal Reserve saat itu) yakni menurunkan suku bunga acuan guna mendorong perekonomian, pada kenyataannya tidak berjalan sesuai dengan harapan. Pada awalnya kebijakan tersebut berhasil menarik masyarakat untuk mengambil kredit, saat itu jenis kredit perumahan menjadi pilihan yang banyak diburu. Perbankan menjadi agresif untuk menyalurkan kredit bahkan perbankan Amerika Serikat (AS) menjalin kerjasama dengan sejumlah mortgage agens untuk menarik nasabah lebih banyak. Dari hal inilah kelalaian lembaga keuangan dalam menilai potensi atau kemampuan keuangan dari pemohon kerdit yang akhirnya menciptakan kredit macet perumahan yang tidak berkualitas (subprime mortgage).

Kebijakan moneter Greenspan mendorong sektor finansial tumbuh lebih cepat daripada sektor riil, bahkan sempat terjadi penurunan perekonomian karena sektor riil tidak mampu berkembang dan bersaing dengan pasar global. Gelembung-gelembung finansial tersebut akan meletup dengan cepat yakni ketika krisis subprime mortgage AS. Kebijakan yang efisien bergantung pada respon atau kepanikan pasar. Kepanikan tidak hanya terjadi pada kondisi perekonomian yang depresi, namun perekonomian yang sedang terapresiasi juga mempu menimbulkan kepanikan seperti hasil kebijakan Greenspan.

Hantu Dibalik Krisis Finansial

Pertumbuhan sektor finansial yang berada di diatas ambang normal (melebihi sektor riil), dapat meningkatkan pertumbuhan kegiatan shadow banking. Shadow banking merupakan lembaga sejenis LKNB atau Lembaga Keuangan Non Bank yang menjadi sebuah momentum terjadinya krisis makin cepat. Shadow banking yang tidak berpayung hukum dan cenderung menawarkan jenis jasa keuangan dengan mekanisme yang lebih mudah, tanpa disadari memiliki jumlah nasabah yang terus meningkat. Sebagian besar kegiatan shadow banking adalah kegiatan keuangan yang tidak dapat atau susah untuk dideteksi.

Perkembangan shadow banking menjadi kekhawatiran bagi bank sentral, karena dapat berpotensi menimbulkan krisis. Di Indonesia tanpa disadari, shadow banking telah menjamur di masyarakat. Akhir-akhir ini, pasar keuangan nasional dikejutkan dengan adanya lembaga atau lebih tepatnya komunitas keuangan yakni MMM. Mavrodi Mondial Moneybox (MMM) merupakan lembaga keuangan non bank yang menarik member untuk menabung dan membantu member lain, dengan imbalan 30 persen dari nominal awal yang mereka tanamnkan. Hal ini menjadi kekhawatiran bagi otoritas moneter karena lembaga tersebut tidak berpayung hukum, dan dapat mengganggu kestabilan keuangan nasional.

Membangun Stabilitias Sistem Keuangan

Menurut Hyman Minsky (seorang pemikir ekonomi), bahwa mekanisme penumpukan hutang adalah sumber dari ketidakseimbangan pada sektor keuangan. Akumulasi hutang tersebut akan dengan mudah membawa perekonomian pada kondisi bubble dan berakhir pada krisis. Belajar dari sejarah ekonomi, menunjukkan bahwa krisis finansial tidak dapat dihentikan dan sebaliknya sifatnya berulang-ulang. Setiap periode waktu akan menghadirkan masalah-masalah dan krisis ekonomi baru, sehingga perlu adanya regulasi dalam memperkuat sektor finansial. Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) dengan melalui  stimulus paket kebijakan moneter dan fiskal perlu ditingkatkan dan diperkuat, hingga perbankan nasional mempu meredam segala bentuk permasalahan finansial, khususnya kekeringan likuiditas yang selalu menjadi permasalah yang cukup kompleks.

Perkembangan terkini, kebijakan makroprudensial tengah menjadi perbincangan hangat di dunia finansial. Banyak otoritas moneter dunia menghimbau seluruh bank sentral untuk menerapkan kebijakan tersebut untuk menekan gejolak finansial. Peran pemerintah dalam perekonomian kembali diperkuat guna melindungi dan menciptakan iklim usaha yang kondusif. Selain dari sisi kebijakan, dari sisi pelaku ekonomi juga tak kalah penting. Kepercayaan dan rasa nasionalisme menjadi modal utama bagi masyarakat dalam mendukung dan turut berpartisipasi membangun stabilitas keuangan nasional. Dua modal utama tersebut dapat membantu menekan terjadinya kepanikan yang berlebihan di pasar.

*) Mahasiswi Konsentrasi Moneter, Jurusan IESP (Ekonomi), Universitas Jember, Angkatan 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun