Mohon tunggu...
Dewi Sumardi
Dewi Sumardi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel dan ibu Rumah Tangga

IRT. \r\nMenulis untuk berbagi manfaat. \r\n Buku : 1. Let's Learn English Alphabethical A-Z, oleh nobel edumedia 2. Buku Keroyokan "36 Kompasianer Merajut Indonesia", oleh Peniti Media 3. Buku Keroyokan "25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia" oleh Peniti Media 4. Novel "Duka Darah Biru", penerbit Jentera Pustaka 5. Novel "Janji Di Tepi Laut Kaspia' oleh penerbit BIP 6. Novel " Ada Surga Di Azzahra" oleh penerbit Jentera Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Fiksi Horor dan Misteri) Rahasia Sekuntum Bunga Mawar

29 September 2016   21:56 Diperbarui: 30 September 2016   08:23 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ternyata mawar dinodai sama Pak Waskito, Dik. Dan Mawar hamil. Mereka membunuh gadis malang itu dan menguburkannya di salah satu kamar di rumah mereka," Mbak Narsih menambah lagi penjelasan yang membuat aku benar-benar tak percaya. 

Aku tak pernah lapor ke polisi. Aku juga tak pernah bercerita dengan para tetangga tentang apa yang kualami. Pak Warsito dan Bu Dania ditangkap karena laporan nenek dari Mawar yang ternyata juga mengalami mimpi yang sama denganku. Dan dia meminta keluarga besarnya untuk melapor polisi. Selama ini kedua suami istri itu mengatakan kalau Mawar minggat dengan kekasih hatinya. Maafkan aku, Mawar yang tak punya keberanian untuk menolongmu meski kamu sudah memberi banyak isyarat untukku. 

Semenjak pembunuhan itu terbongkar aku tak pernah lagi mendengar senandung Lelo Ledhung dari rumah sebelah. Tapi Insya Allah tak lama lagi aku akan mendendangkan lagu itu setiap hari, karena rejeki yang selama ini aku nantikan akhirnya datang juga. Ya, aku hamil. Terima kasih ya Allah .. Terima kasih, Mawar, semoga engkau tenang di sisiNya.  Kubuka sebuah novel kesayanganku, ada sekuntum mawar yang sudah kering. Dan aku tak akan pernah membuangnya. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun