Mohon tunggu...
Dewi Sumardi
Dewi Sumardi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel dan ibu Rumah Tangga

IRT. \r\nMenulis untuk berbagi manfaat. \r\n Buku : 1. Let's Learn English Alphabethical A-Z, oleh nobel edumedia 2. Buku Keroyokan "36 Kompasianer Merajut Indonesia", oleh Peniti Media 3. Buku Keroyokan "25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia" oleh Peniti Media 4. Novel "Duka Darah Biru", penerbit Jentera Pustaka 5. Novel "Janji Di Tepi Laut Kaspia' oleh penerbit BIP 6. Novel " Ada Surga Di Azzahra" oleh penerbit Jentera Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Musik Kencang Dalam Mobil, Episod : Berkendara dengan Bijak, Tak Hanya Perlu Pandai, Lihai dan Piawai

5 April 2013   02:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:43 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_252827" align="aligncenter" width="627" caption="koleksi pribadi"][/caption]

Mengendarai sebuah mobil ataupun motor memang bukan hanya butuh kepiawaian atau kelihaian tapi juga kehati-hatian. Dan jaman sekarang kehati-hatian dalam berkendara seperti menjadi barang yang sangat langka. Semakin banyak pengendara di jalan raya yang hanya mementingkan diri sendiri, yang ada dalam pikiran mereka hanyalah :
- Sampai ke tempat tujuan dengan cepat.
- Tidak memperdulikan kepentingan pengendara lain
- Tidak perlu mematuhi peraturan, tanda ataupun marka jalan yang ada.
Sebagai pengguna jalan raya , saya hanya mencoba berbagi beberapa cerita yang saya lihat dan saya alami di tanah kelahiran saya dan di beberapa tempat yang lain.

Berkendara di kota besar yang rentan kemacetan tentu saja dibutuhkan toleransi yang tinggi antara sesama pengendara. Di Jakarta misalnya, semakin hari tingkat kemacetan semakin tinggi. Ada saja "oknum" pengendara mobil atau motor di Jakarta yang tidak mematuhi peraturan. Karena ingin segera sampai di tempat tujuan, ada banyak mobil atau motor yang melewati jalur bus trans Jakarta dengan "tenang" tanpa berpikir bahwa apa yang dilakukan adalah pelanggaran. Dan akibatnya tak sedikit pengendara yang mengalami kecelakaan karena kecerobohan itu. Belum lagi pengendara motor tanpa helm atau motor yang dinaiki lebih dari dua orang. Dan Masih banyak contoh lain ketidak tertiban berlalu lintas di Jakarta.

Sementara di Baku ini saya melihat banyak Kecerobohan yang dilakukan oleh para pengendara antara lain :
1. Sering sekali melihat pengendara yang suka sekali berkendara dengan kecepatan tinggi, menyalip dengan cara zig-zag di Jalan raya.
2. Tidak memberikan tanda atau sign (sign kanan, sign kiri) sehingga mengakibatkan "kaget" pengendara yang ada di belakangnya. Bisa dibayangkan kalau pengendara yang dibelakangnya kecepatannya tinggi dan harus menginjak pedal rem dengan mendadak?
3. Menyetel musik dengan sangat keras. Hal yang membuat saya geleng-geleng kepala. Sering sekali irama mugam (musik khas Azerbaijan) atau musik lain terdengar berdegum kencang dari salah satu mobil di depan, di belakang atau di samping saya. Saya hanya membayangkan bagaimana sang pengendara bisa mendengarkan sekelilingnya, misalnya klakson mobil lain.

Ada kejadian yang membuat mata saya terbelalak ketika berada di salah satu negara di Timur Tengah. Cara berkendara penduduk negara tersebut memang banyak sekali yang tidak berhati-hati, mereka suka sekali mengebut. Tapi kekagetan saya bukan karena itu, melainkan ketika melihat ada sebuah kaki naik di atas dashboard sebuah mobil lumayan mahal yang berbodi besar dengan seorang pengendara yang sepertinya juga dari kalangan atas. Mungkin karena mobilnya matik dan dia hanya menggunakan kaki kanan untuk menginjak gas dan rem, jadi kaki kirinya sah-sah saja diletakkan di atas dashboard tanpa memikirkan etika dan keselamatan.
Dan pengalaman lain ketika tinggal di sebuah kota di Jerman, pengemudinya lumayan tertib. Mungkin juga faktor kamera di jalan raya yang memotret kendaraan dengan kecepatan yang melebihi ketentuan yang berlaku. Sehingga membuat mereka lebih berhati-hati. Hal lain yang membuat saya juga kagum adalah sopir bis kota biasa atau gandeng ( bahkan beberapa dari mereka adalah sopir wanita) yang berkendara dengan sangat hati-hati, tidak asal ngebut.

Berkendara dengan bijak, menurut saya membutuhkan beberapa hal yang menjadi pedoman paling penting :
- Sudah berusia 16 tahun untuk pengendara motor dan 18 tahun untuk pengendara mobil.
- Mempunyai SIM yang didapat sesuai dengan ketentuan.
- Sehat jiwa dan raga, orang yang mengendarai mobil dalam keadaan sehat jiwa pasti dia akan berhati-hati, mematuhi peraturan dan tidak melakukan hal-hal yang akan berbahaya bagi dirinya dan pengendara lain.
Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun