Mohon tunggu...
Dewi Sumardi
Dewi Sumardi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel dan ibu Rumah Tangga

IRT. \r\nMenulis untuk berbagi manfaat. \r\n Buku : 1. Let's Learn English Alphabethical A-Z, oleh nobel edumedia 2. Buku Keroyokan "36 Kompasianer Merajut Indonesia", oleh Peniti Media 3. Buku Keroyokan "25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia" oleh Peniti Media 4. Novel "Duka Darah Biru", penerbit Jentera Pustaka 5. Novel "Janji Di Tepi Laut Kaspia' oleh penerbit BIP 6. Novel " Ada Surga Di Azzahra" oleh penerbit Jentera Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Baku, Azerbaijan: Ngebut Bisa Benjut atau Malah Maut

24 Januari 2014   00:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:31 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_317774" align="alignleft" width="300" caption="dokumen pribadi - kecelakaan tunggal di jalan raya"][/caption]

Kecelakaan dalam berkendara karena ngebut mungkin ada di mana-mana, tak adil rasanya kalau saya mengatakan hanya orang Baku yang membawa kendaraan seperti tak ada aturannya alias semau gue. Di Indonesiaapun saya rasa banyak sekali kecelakaan yang disebabkan karena kecerobohan pengemudi dalam berkendara. Pasti kita masih ingat tentang xenia maut di Tugu Tani beberapa tahun yang lalu atau yang belum lama ini terjadi di tol Jagorawi yang melibatkan seorang remaja belasan tahun, putra musisi kondang. Belum lagi berapa banyak oknum sopir bis yang berkendara tanpa memikirkan keselamatan penumpang. Rutinitas melalui rute jalan yang sama membuat mereka terkadang tak berhati-hati, ibaratnya menyetir sambil pejam mata juga bisa sampai di tempat yang dituju karena sudah hafal di mana ada kelokan, di mana ada lintasan kereta api dan sebagainya.

***

[caption id="attachment_317775" align="alignleft" width="300" caption="sumber gambar : sia.az/en/news/analysis"]

1390497553994360602
1390497553994360602
[/caption]

Tapi saya memang tak mengada-ada kalau saya mengatakan Orang Baku (saya tak tahu juga di kota lainnya di Azerbaijan) dalam berkendara suka seenaknya sendiri. Mungkin tak semuanya, tapi banyaakkkk sekali. Tingkat kecelakaan di kota sekecil ini ternyata cukup tinggi. Pada tahun 2013 kemarin, sebuah surat kabar Baku menyebutkan dari 2,846 kasus kecelakaan yang terjadi, 1,164 orang meninggal, dimana 300 orang lebih adalah pejalan kaki dan 2,948 orang terluka karena kecelakaan yang terjadi di berbagai tempat di kota Baku. Penyebab utama kecelakaan di Baku adalah mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi alias ngebut.

***

[caption id="attachment_317776" align="alignleft" width="300" caption="dokumen pribadi - kecelakaan di dekat apartemen "]

13904977311327430878
13904977311327430878
[/caption]

Awal-awal saya berdomisili di Baku, saya kaget mendengar bunyi gesekan ban berdenyit kencang di jalanan karena pengemudi menginjak rem dengan mendadak. Rasanya dalam sehari berpuluh kali saya mendengarnya. Dalam dua hari ini ( kemarin dan hari ini) saya tak hanya mendengar denyitan panjang gesekan ban di jalan raya, tapi juga hantaman yang cukup keras yang membuat saya membuka jendela dan melongok keluar mencari sumber suara. Dan benar saja, kemarin ada mobil sedan biru yang menghantam pembatas jalan dan pagi tadi sebuah mobil minibus putih menghantam trotoar untuk pejalan kaki. Alhamdulillah tak ada korban jiwa, tak sanggup membayangkan andai ada pejalan kaki yang sedang lewat. Saya tak tahu apa sesungguhnya penyebab mereka suka sekali mengendarai mobil dengan ngebut meski di jalan yang tak begitu lebar, bahkan masuk di parkiran saja masih suka berkendara dengan kecepatan tinggi. Apakah mereka dalam keadaan mabuk karena memang minuman keras di jual di mana-mana atau dalam keadaan sadar dan ingin menunjukkan kelihaiannya dalam berkendara? Entahlah ...
***

[caption id="attachment_317780" align="alignleft" width="300" caption="dokumen pribadi - berkendara di Baku memang harus banyak mengalah agar tak dapat masalah "]

13904989741543658803
13904989741543658803
[/caption]

Sudah setahun lebih saya berkendara di Baku dengan setir kiri dan jalur sebelah kanan. Terkadang ada persimpangan jalan yang kita tidak boleh belok ke kiri langsung, tetapi terkadang ada persimpangan jalan yang kita harus mendahulukan yang dari sebelah kiri. Dengan lalu lintas yang pada jam-jam tertentu lumayan padat dan macet, lama-lama saya hapal perilaku para pemakai jalan di sini, mereka pengennya cepat dan tak mau mengalah. Klakson bagaikan mainan yang mereka pencet sesuka hati. Saya membayangkan bagaimana kalau mereka terjebak di kemacetan Jakarta? Wuihhh mungkin tak hentinya mereka membunyikan klakson. Tak jarang ketika mereka berserempetan, mereka akan saling memaki satu dengan yang lainnya, tak ada yang mau mengalah. Para pejalan kaki juga terkadang tak berhati-hati dan mematuhi rambu-rambu. Meski sudah ada zebra cross atau underpass, para pejalan kaki masih seringkali menyebrang di sembarang tempat. Kesadaran para pengendara mobil dan pejalan kaki di Baku memang harus lebih ditingkatkan dan mungkin tidak ada salahnya dimulai dari bangku sekolah.

***
Sumber gambar dan data kecelakaan : sia.az/en/news/analysis dan dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun