Mohon tunggu...
Lalu Alisabri
Lalu Alisabri Mohon Tunggu... -

Mahasiswa FKIP, Prodi PPKn Universitas Mataram

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaikan Bumi dan Langit “DPR Gendut dan Pahlawan yang Termarjinalkan”

18 Maret 2015   19:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:27 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang berlomba-lomba ingin menjadi anggota legislatif dan duduk di kursi empuk dengan niat mendapatkan gaji yang besar tanpa bekerja dengan keras, pontang panting, kesana kemari tanpa meneteskan keringat sedikitpun, begitulah para wakil rakyat kita yang sekarang ini, hanya duduk di kursi empuk dengan ruangan yang nyaman dan ber AC, bekerja tanpa mengeluarkan keringat dan menerima gaji yang begitu fantastis. Mobil dinas, rumah dinas bahkan sopir dinaspun sudah disediakan , itu merupakan segelintir fasilitas yang disediakan oleh pemerintah yang katanya untuk menunjang kinerja dari wakil rakyat kita. Gaji yang begitu tinggi menembus angka puluhan juta/ bulan, belum lagi gaji tunjangan dan lain-lain tak heran membuat kehidupan wakil rakyat kita begitu berkcukupan, bahkan anggaran untuk dinas keluas negeripun sudah ada, wahhh trnayata enak juga ya jadi wakil rakyat…!!!!!,

Berikut ini adalah rincian gaji pokok dan tunjangan DPR didasarkan pada surat edaran setjen DPR RI No. KU.00/9414/DPR RI/XII/2010 tentang gaji pokok dan tunjangan anggota DPR

Anggota DPR merangkap ketua

Anggota DPR merangkap wakil

Ketua AKD anggota DPR

Merangkap ketua AKD

A. GAJI POKOK Dan TUNJANGAN

· Gaji Pokok (GP) Rp 4.200.000

· Tunjangan Listrik (10% GP) Rp 420.000

· Tunjangan Anak (2 anak x 2% GP) Rp 168.000

· Uang Sidang/Paket

· Tunjangan Jabatan Rp 2.000.000 - Rp 9.700.000

· Tunjangan Beras rata-rata 4 jiwa 10 kg = 4 x 10 x 4.230

· Tunjangan PPH Pasal 21 Rp 198.000- 1.729.608

Sehingga total gaji pokok dan tunjangan sebanyak Rp 16.207.200 Rp 16.207.200 Rp 16.207.200

No.Uraian Penerimaan setelah di potong pajak

B. PENERIMAAN LAIN-LAIN

1. Tunjangan Kehormatan Rp 4.460.000 Rp 4.300.000 Rp 3.720.000

2. Tunjangan Komunikasi Intensif Rp 14.140.000

3. Tunjangan Peningkatan Fungsi Pengawasan dan Anggaran Rp 3.500.000 Rp 3.000.000 Rp 2.500.000

4. Biaya Penelitian dan Pemantauan Peningkatan Fungsionalitas Konstitusional Dewan Rp 600.000 Rp 500.000

5. Dukungan Biaya Bagi Anggota yang Merangkap Menjadi Anggota Badan /Panitia Anggaran Rp 2.000.000 Rp 1.200.000 Rp 1.000.000

6. Bantuan Langganan Listrik dan Telefon Rp 5.500.000

7. Biaya Penyerapan Aspirasi Masyarakat Dalam Rangka Peningkatkan Kinerja Komunikasi Intensif Rp 8.500.000 Rp 8.500.000 Rp 8.500.000

Sehingga Jumlah Take Home Pay (A+B)

Rp.54.907.200 Rp 53.647.200 Rp 51.567.200

Dengan gaji dan tunjangan seperti itu siapa yang tidak tergiur ingin manjadi anggota dewan yang semuanya serba mewah. Akan tetapi imbalan yang di terima DPR tak sebanding dengan hasil kerja mereka yang hanya membentuk undang-undang yang dibahas bersama Presiden, membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap peraturan pemerintah penggani UU dsb, bagi saya pribadi pekerjaan seperti itu gampang bahkan di lakukan beramai-ramai oleh anggota dewan. Di mata masyarakat DPR tidak berfungsi sebagai apa-apa hanya kebohongan dan janji busuk yang di lontarkan ketika menyalonkan diri dulu dan ketika sudah terpilih dan duduk di manis di kursi jabatan membuat mereka lupa diri, dan menjadi angkuh bertegur sapapun dia tidak mau, “Hay wakil rakyar, anda lupakah siapa yang telah memilih anda sehinnga bisa duduk empuk di kursi yang penuh dengan kebohongan tersebut ????” seperti kacang yang lupa akan kulitnya, begitulah DPR dengan angkuhnya. Kinerja DPR tak pernah ada yang benar sudah terlanjur menimbulkan persefsi yang buruk di mata masyarakat , ketika rapat ada yang tidur,tidak memperhatikan, bahkan saling adu tonjok ketika beradu argument dan ketidak saling mengahargai pendapat masing-masing, apakah iya seorang wakil rakyat kelakuannya kayak gak mempunyai etika dan sopan santun????

Selain itu juga, musuh terbesar yang di hadapi oleh bangsa Indonesia adalah KKN( korupsi, kolusi dan nepotisme) dimana sekarang uang negara habis di lalap bak api memakan rumah hingga tak menyisakan sedikitpun abu kemalangan. Tak lain dan tak bukan kebanyakn yang melakukannya adalah orang-orang yang duduk empuk di Senayan sana. Kelakuan para anggota DPR membuat kerugian di negara sendiri dan bahakan uang yang di korupsi tersebut merupakan uang yang seyogyanya digunakan untuk kepentingan semua masyarakat, contohnya anggaran pendidikan, kesehatan dan masih banyak lagi. Dampak dari hal tersebut adalah masyarakat mejadi kelaparan, tidak bisa bersekolah karna biayanya mahal, tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik sehinnga tidak heran masyarakat berdemo.

“ Masih ingatkah anda dengan nama-nama berikut ini”

1. Angelina Sondakh

2. M.Nazaruddin

3. Wa OdeNurhayati

4. Abdul Hadi Djamal. dsb

Ini merupakan segelintir nama anggota dewan yang melakukan tindakan korupsi yang memakan uang negara dan masih banyal lagi para anggota dewan yang melakukannya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Berbanding terbalik dengan kehidupan tenaga pendidik kita saaat ini, bagaikan bumi dan langit. Guru yang menjadi tombak dan patokan untuk merubah generasi muda bangsa Indonesia sangat tidak diperhatikan hak-hak mereka, begitu besar dan mulianya seorang guru hingga tidak mengenal panas, hujan dan bahkan berjalan kaki berpuluh-puluh KM demi untuk mengajar anak bangsa. Ini merupakan potret kesenjangan yang jauh sangat mengiris hati antara DPR dan Guru. Terlebih-lebih para guru HONORER yang tidak pernah di perhatikan kesejahteraannya oleh pemerintah bahkan diacuhkan, gaji yang hanya mencapaiRp250-300/tiga bulan membuat mereka pandai-panadai mengatur hidup, namun keyakinan dan keiklasan hati mereka menjadi semangat untuk tetap mengajar.

“Dihubungi via telfon (18/03/15) Ibu Ika seorang guru honorer yang mengajar di SMAN 1 SUELA (LOTIM) mengeluhkan betapa menyedihkan sekali ketika nasipnya menjadi guru tenaga kontrak yang hanya mendapatkan gaji 300/tiga bulan hanya untuk bertahan hidup di kampng orang, sedangkan beliau harus mengontrak sebuah kos-kosan yang dibayar sebanyak 250/bulannya, kemudian sisa uang yang 50 ribu digunakan buat kebutuhan sehari-hari,beliau berasal dari Sumbawa, Empank, beliau berharap agar nasib para guru hononer di perhatikan nasibnya, karna bukan hanya saya saja yang berharap demikian, akan tetapi saya yakin semua guru tenaga kontrak berharap demikian, ujar ibu Ika” .

Guru mendapatkan predikat “PAHLAWAN TANPA TANDA JASA” yang artinya guru merupakan orang-orang yang terpilih untuk mengubah nasib manusia, mereka dengan jiwa besar mengajar dengan ke iklasan hati tidak pandang bulu, tidak pandang ras, budaya bahkan tidak pandang cacat maupun fisik sempurna. Guru rela berjalan jauh, berpanas-panasan, hujan basah kuyup rela di tempuh hanya untuk semata-mata mengubah anak bangsa. Akan tetapi seolah-olah pemerintah buta akan hal tersebut, beribu-ribu guru di seantero Indonesia seakan-akan di anggap tabu, bahkan tidak pernah di anggap keberadaannya, guru tenaga kontrak atau disebut HONORER tidak pernah diperhatikan nasibnya, gaji yang pas-pasan, dan jauh dengan kata sejahtera dan hidup yang layak, pengangkatan PNS yang 5 thn sekali belum tentu para guru HONORER bisa di angkat jadi PNS. Guru hari ini seakan termarjinalkan, terpinggirkan bahkan tak dianggap keberadaannya oleh pemerintah yang seakan buta dengan kehadiran mereka. Gedung tempat menimpa ilmu seakaan menjadi saksi betapa menyedihkannnya dunia pendidikan kita, gedung yang banyak roboh, sarana dan prasarana yang tidak memadai bahkan tidak mempunyai tempat yang layak untuk menimpa ilmu, apakah ini yang dinamakan pemerintah yang cepat tanggap, anggaran yang katanya 20% buat dunia pendidikan dikemanakan???,

” wahai para petinngi negara, kalian dimana??? coba tengok, disini kami menangis meliahat dunia pendidikan saat ini, guru yang tidak diperhatikan kesjahteraannya,anak istri kami butuh makan, butuh susu, butuh kehidupan yang layak, apakah kalian sudah benar-benar buta akan hal tersebut, kami hanya butuh kehadiran kami di akui oleh kalian, kami hanya butuh aspirasi kami di dengarkan, bukan hanya omangan busuk yang terlontar dari mulut kalian yang di dengarkan, jangan tutup mata dan telinga kalian ”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun