Mohon tunggu...
Baiq Kurnia Wati
Baiq Kurnia Wati Mohon Tunggu... -

Saya Baiq Kuniawati. Tinggal di Lombok (NTB).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keluarga Bunuh Diri, Tamparan untuk Pemerintah Kita

6 April 2015   23:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:27 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jumat 3 April 2015 adalah hari dimana satu keluarga ditemukan tewas, satu keluarga tersebut terdiri dari Yudi Santoso (Ayah) dan Fajar Retno (Ibu) serta Theola Nadifa (anak). Awalnya para tetangga merasa curiga karena hampir tiga hari mereka tidak pernah melihat satu keluarga ini keluar dari rumah dan adanya bau bangkai yang berasal dari rumah Fajar. Pada pukul 19.00 tetangga yang didampingi oleh polisi mendobrak pintu rumah dan menemukan ketiga anggota keluarga tersebut telah meregang nyawa. Untuk hasil sementara satu keluarga ini diduga bunuh diri, hal ini diperkuat dengan adanya cairan racun serangga dan gelas berada di sekitar tempat tergeletaknya mayat. Selain itu Polisi juga menemukan surat wasiat yang ditujukan untuk keluraga dari Fajar berserta istri dan anaknya. Inti dari surat tersebut adalah permintaan untuk dimakamkan dalam satu liang lahat dan alasan mereka melakukan bunuh diri karena masalah pekerjaan.

Tidakan untuk melakukan bunuh diri tersebut, dalam dunia psikologi disebabkan karena kegagalan “devaluasi diri”. Perasaan bahwa dirinya telah gagal dalam suatu urusan penting, biasanya menyangkut pekerjaan, dapat menimbulkan devaluasi diri atau rasa kehilangan harga diri yang mendorong tindakan bunuh diri. Apa lagi setelah diselidki bahwa Fajar yang menjadi kepala rumah tangga sekaligus tulang punggung keluarga telah berhenti bekerja sekitar  satu tahun.

Kasus diatas adalah tamaparan untuk pemerintah Indonesia dalam hal kinerja dan kebijakannya. Terlihat dalam beberapa tahun belakangan ini bahwa angka pengguran semakin meningkat. Hal Ini menagkibatkan banyak orang nekat untuk mengakhiri hidupnya dikarenakan faktor ekonomi mereka. contohnya seperti biaya makan sehari-hari, biaya sekolah anak,  tagihan listrik, dan lain-lain. Banyaknya tuntutan ekonomi tersebut  tidak diimbangi dengan pemasukan. Artinya terlalu banyak pengeluaran yang dikeluarkan tetapi pendapatan tidak ada. Ini mengakibatkan hati seseorang menjadi tidak tenang, mereka menjadi tertekan dan putus asa.

Seharusnya pemrintah memikirkan bagaimana caranya untuk mengurangi angka penganguran dan memperbanyak lapangan pekerjaan yang layak. Jangan hanya mampu mengirim TKI ke luar negeri yang menjadi prestasi untuk Indonesia. Yang pada akhirnya Indonesia direndahkan oleh negara lainnya karena mengirim TKI yang bisa disiksa dan dilecehkan. Pemerintah harus membuka matanya untuk melihat rakyat  yang mereka wakili, jangan hanya bisa berkomentar saja tetapi harus disertai dengan tindakan yang menguntungkan bagi rakyatnya. Dari Kasus bunuh diri yang dilakukan satu keluarga di atas  merupakan gambaran dari buruknya pemerintah dalam menanggualangi angka pengangguran. Sekarang pemrintah harus jeli lagi untuk melihat dan mendengarkan keluhan rakyatnya. Jangan hanya mengurusi dan berlomba-lomba untuk memperkaya diri sendiri, kelompok dan yang terlibat di dalamnya.

Semoga kasus bunuh diri tidak terulang kembali, dan menjadikan kasus diatas menjadi sebuah pelajaran untuk kita semu. Dan untuk Yudi Santoso beserta istri dan anaknya semoga diterima di sisi Tuhan. Untuk keluarga yang ditinggalkan semoga dibrikan kesabaran dan keikhalasan untuk menerima semuanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun