Mohon tunggu...
Hably Warganegara
Hably Warganegara Mohon Tunggu... -

Praktisi Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ngorok… Kenali Bahayanya dan Atasi Sekarang Juga!

7 Juni 2015   02:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:19 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak diantara kita tidur dengan mengorok atau bahkan dikeluhkan karena suara ngorok kita yang kencang. Ngorok terjadi akibat tersumbatnya (obstruksi) saluran napas atas yang terjadi saat tidur. Obstruksi yang terjadi dapat parsial (Snoring) atau total (OSA). Obstruksi total atau yang dikenal dengan Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah sumbatan saluran napas atas yang terjadi saat tidur, hingga menyebabkan henti napas. Pernapasan terhenti sementara selama 10 detik atau lebih, kemudian bernapas kembali. OSA dapat menyebabkan kualitas tidur yang kurang sehingga menurunkan kualitas hidup.

1432758800446956709
1432758800446956709

Kondisi ini dapat terjadi pada semua usia, baik anak-anak, orang dewasa maupun usia lanjut. Hal ini berkaitan dengan adanya gangguan aliran udara di sepanjang saluran napas atas. Apa penyebab/faktor risiko terjadinya Ngorok ?

Pada Anak-anak dapat disebabkan akibat pembesaran Adenoid dan/atau Tonsil (biasanya dikenal sebagai Amandel) serta Obesitas.

 

Pada Orang Dewasa dapat disebabkan karena Obesitas, Tulang hidung deviasi (bengkok), Pembesaran konka, Adanya polip hidung, Pembesaran tonsil (amandel), Ukuran lidah yang besar, Kelainan bentuk rahang, Abnormal palatum (langit-langit mulut), Lumpuhnya otot/saraf di sekitar hidung/tenggorok Dan penyebab lainnya

Gejala dan akibat Ngorok:

  • Gejala ngorok sering tidak terdeteksi oleh penderita, karena terjadi saat penderita tidur.
  • Kerabat/pasangan suami-istri anda mendengar suara ngorok lalu diikuti masa diam/suara ngorok yang keras, kemudian cepat mulai napas kembali.
  • Rasa tercekik saat tidur, terengah-engah atau tersedak, cegukan.
  • Selalu timbul rasa kantuk yang berlebihan di siang hari dan rasa lelah, hal ini diakibatkan kualitas tidur yang tidak sempurna pada malam hari.
  • Tertidur ketika sedang bekerja, menyetir kendaraan, saat membaca atau menonton TV.
  • Menjadi pribadi yang mudah tersinggung, sulit belajar, kurangnya daya ingat, gangguan konsenterasi, tekanan darah tinggi, gangguan jantung, masalah seksual, sakit kepala dan kualitas hidup yang kurang.

Apakah Ngorok bisa diatasi?

Sebelum pengobatan maka perlu dilakukan pemeriksaan dan mencari penyebab gangguan ini. Disarankan kontrol ke dokter THT, selanjutnya dokter akan memberikan informasi serta mendiskusikan solusi yang tepat untuk kasus anda. Pemeriksaan yang dilakukan diantaranya adalah:

 

Pemeriksaan THT: Pemeriksaan THT  (Telinga, Hidung, Tenggorok) untuk evaluasi awal area sumbatan dan kelainan lain yang menjadi faktor risiko penyakit.

Endoskopi (Flexible Laryngoscopy): Flexible laryngoscopy adalah pemeriksaan endoskopi, yang dapat mengevaluasi kelainan pada hidung, tenggorok, laring (area saluran napas atas).

 

 

Polisomnography: Polysomnography (PSG) adalah pemeriksaan gold standard untuk menegakkan diagnosis OSA. Monitor pemeriksaan dilakukan saat pasien tidur malam hari, dengan dipasangkan alat monitor.

Ada berbagai penatalaksanaan untuk mengatasi gangguan ini, diantaranya:

  • Perubahan gaya hidup & menurunkan berat badan (obesitas).
  • Menghindari konsumsi alkohol, rokok, kafein & obat penenang.
  • Penggunaan alat bantu pernapasan, yaitu CPAP (Continuous Positive Airway Pressure).
  • Tindakan operasi.

Dilakukan operasi apabila ada indikasi dari dokter. Tujuan terapi bedah adalah untuk memperbaiki volume dan bentuk saluran napas atas. Pembedahan akan bermanfaat bila memiliki indikasi yang jelas, diantaranya adalah:

  • Gagal dengan terapi non bedah
  • Kelainan anatomi yang jelas menyebabkan sumbatan saluran napas atas.
  • Hasil pemeriksaan Polisomnography: AHI ≥ 20x/jam; Saturasi Oksigen <90%.

 

Semoga penjelasan di atas bermanfaat untuk kita semua agar mengetahui penyebab dan tatalaksana terbaik untuk kelainan ini. (HW)

       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun