Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Sulitnya Membangun Rumah Ibadat

24 September 2023   19:29 Diperbarui: 26 September 2023   14:32 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mendapatkan informasi dari umat (warga) paroki Santa Melania Bandung soal sulitnya ijin mendirikan gereja. Kesulitan tersebut membuat setiap minggu, umat di gereja Santa Melania melaksanakan kegiatan misa di gedung sekolah (TK-SD) santa Melania. Mereka tidak memiliki gedung gereja. Dan kondisi tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk gereja Santa Melania, tidak pernah dikeluarkan oleh pemerintah setempat. Sesuai cerita pimpinan gereja setempat atau pastor paroki, gereja tidak diijinkan untuk  dibangun karena ada sejumlah warga sekitar lokasi yang tidak mengijinkan pembangunan gereja santa Melania. Ada indikasi oknum tertentu meminta bayaran dengan jumlah yang tidak sedikit. Hal tersebut membuat pihak gereja mengurungkan niat.

Sangat disayangkan bahwa kondisi tersebut masih terjadi di sebuah negara, yang konon menjunjung tinggi toleransi antaragama. Menurut saya, wacana toleransi masih berada di tataran teori, sedangkan dalam praksis kehidupan sehari-hari terjadi sikap sebaliknya. Intoleransi masih merajalela. Warga bangsa tidak bisa membangun rumah ibadat di suatu tempat yang seharusnya layak dibangun, sementara warga yang lain bebas mendirikan rumah ibadat sesuka hati. Tuhan dan agama hanya pemanis bibir, karena hanya dipuja-puji di ruang sakral. Di luar ruang sakral itu, manusia menjadi begitu barbar. Bagaimana mungkin suatu agama  yang mengakui adanya Tuhan, namun di lain pihak mereka juga menolak orang lain yang ingin membangun rumah Tuhan? Bukankah ini kesempitan beragama? 

Fanatisme agama telah merusak akal sehat manusia dan secara tidak manusiawi menindas sesama hanya karena perbedaan konsep tentang Tuhan. Pantaslah Nietzsche, seorang filsuf berkebangsaan Jerman mengatakan Tuhan sudah mati di hadapan orang-orang beragama. Karena orang-orang beragama memuja Tuhan yang "dikandangkan" dalam suatu agama bukan Tuhan dalam KemahakuasaanNya. Tuhan demikian menurut Nietzsche menjadi kerdil dan lama-kelamaan menjadi mati. 

Membangun rumah ibadat adalah tujuan mulia orang beragama untuk menyembah Tuhan yang Mahakuasa dan Mahabesar, bukan untuk memuja Tuhan yang kerdil yang terkotak dalam dogma agama-agama.

Semoga pemimpin negeri ini bisa responsif terhadap warga negara, terutama terkait kesulitan warga negara membangun rumah ibadat untuk memuja Tuhan dengan cara yang benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun