Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gejala Anggap Remeh!

21 April 2020   00:40 Diperbarui: 21 April 2020   13:30 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada seorang driver Go Car (mobil online karya aplikasi Gojek) bercerita bahwa pekerjaanya saat ini dianggap remeh oleh para customer.  Dia bertutur demikian " banyak orang yang masih menganggap remeh pekerjaan saya sebagai seorang driver Go Car".

Padahal pekerjaan seorang driver go car, menurutnya, merupakan pekerjaan teramat berharga, karena seorang driver online bertemu dengan orang dari berbagai latar belakang.

Bertemu dengan orang dengan latar belakang berbeda membutuhkan kemampuan adaptasi tinggi agar  seketika kita bisa membaur dalam obrolan mereka (penumpang). Atau dengan kata lain, kalau diajak ngobrol pun kita bisa nyambung. 

Menurut sang driver, sikap anggap remeh yang menyebalkan bisa dicontohkan, misalnya ketika sang driver sudah berusaha menjemput sang customer di gang yang sempit. Namun, ketika tiba di tujuan, sang customer masih di dalam rumah dan belum menunjukkan tanda-tanda ingin keluar. Sementara di gang itu, karena sempit, banyak pengemudi lain yang membunyikan klakson sekencang-kencangnya. Tandanya, bahwa ada yang salah dengan cara kita memarkir mobil. Itulah kebiasaan orang Jakarta.

Atau contoh lain, ketika sang driver sudah berusaha keras menjemput sang penumpang melewati jalanan yang sangat macet. Pada saat mendekati tujuan, ternyata sang penumpang sudah meng-cancel atau membatalkan orderan. Perbuatan penumpang tersebut, menurut sang driver, adalah perbuatan paling menyebalkan, dan tidak lepas dari sikap anggap remeh. Selain menganggap remeh, tampak pula sikap egois dari penumpang tersebut. 

Menurut sang driver, tidak sedikit penumpang mobil online di Jakarta yang melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap driver. Penilaian terhadap driver juga dilakukan semaunya, padahal sang driver sudah mengantar sang penumpang pada tujuan dengan selamat.

Menurut cerita sang driver, penilaian buruk yang menyebabkan turunnya poin atau performa umumnya dilakukan oleh para gadis dan ibu-ibu.  Agak diskrimatif memang, tapi itulah kenyataan yang dia alami. 

Sebenarnya masih banyak lagi cerita-cerita lain dari para driver online yang "lucu" dan menggemaskan. 

Ketika membaca buku "Mata Air Keteladanan" tulisan Yudi Latif (hal.336), saya menggeluti bagian di mana Bung Karno mengangkat seorang sopir taksi menjadi sopir pribadinya. Sebuah penghargaan sang tokoh proklamasi terhadap orang lain. 

Hal itu berawal dari kebiasaan pak Arif (nama sopir itu) mengantar Bung Karno ke Jalan Kenari, Jakarta Pusat. Hampir setiap hari pak Arif selalu melakukan tugasnya dengan baik, sekalipun Bung Karno beberapa kali harus  berutang. Bahkan ada utang yang belum dibayar sampai Bung Karno kembali dari pembuangan sebagai tahanan politik.

Pak Arif memang terkesan dari cerita-cerita perjuangan Bung Karno, sehingga uang pun menjadi tidak bernilai untuk sang sopir. Berkenalan dengan Bung Karno adalah pengalaman yang berharga untuk pak Arif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun