Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Masa Jaya Sepak Bola Spanyol

20 Maret 2019   09:15 Diperbarui: 20 Maret 2019   09:32 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

(Catatan Akhir Euro 2012)

Oleh: Yakobus Sila

"Sepak bola Spanyol luar biasa dan kami telah meraih sesuatu yang bersejarah. Sejarah itu berhasil diciptakan karena kini Spanyol punya pemain-pemain bagus yang melimpah. Kerja keras para pencari bakat, pelatih, manajer, mulai dari sekolah sepak bola hingga akademi sepak bola dan klub, yang memulai pengembangan dan perbaikan di sejumlah posisi, memberikan keuntungan sangat besar bagi Timnas Spanyol", kata Vicente del Bosque (pelatih Timnas Spanyol).

Kutipan di atas terasa spontan terungkap dari bibir seorang pelatih yang berhasil menakodahi Timnas Spanyol merebut gelar bergengsi, piala dunia 2010 dan piala Eropa 2012, melengkapi kemenangan perhelatan piala Eropa 2008. 

Namun dari ungkapan tersebut terlihat apresiasi seorang pelatih terhadap berbagai elemen sepak bola Tim Matador yang telah bekerja maksimal mendidik dan membentuk karakter bermain sepak bola yang kompetitif pada kader-kader pesepak bola belia La Furia Roja.

Sekolah sepak bola Barcelona, La Masia telah mendidik dan mengasah kemampuan dan kualitas Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Cesc Fabregas, Gerard Pique, Sergio Bosque, dan sederet nama besar lainnya, yang memberi andil (sangat besar) terhadap keberhasilan Timnas Spanyol merebut trebel Winner; piala Eropa 2008, piala dunia 2010 dan terakhir piala Eropa 2012. Tim Matador seolah tak terbendung dan menguasai panggung sepak bola dunia dengan sepak bola indah.

Filosofi penguasaan bola dan akurasi passing yang menawan La Furia Roja telah mengajarkan kepada seluruh dunia tentang permainan sepak bola (indah) yang sesungguhnya. Bukan hasil, tetapi proses yang dominan untuk meraih hasil yang diinginkan; sebuah seni memperoleh tujuan yang menghipnotis hampir seluruh pecinta sepak boa sejagat. 

Hasil final dengan skor 4:0 untuk kemenangan Tim Spanyol atas timnas Italia membuktikan kekuatan maha-dasyat yang merasuki sepak bola Spanyol. Bagi La Furia Roja kemenangan tidak diraih dengan mudah tetapi melalui proses operan-operan yang memikat hingga mendekati gawang lawan dan mencetak gol. 

Di sana ada kerja sama, sikap saling percaya antarpemain, kerja kolektif, memberikan umpan dengan rasa yang mendalam sehingga memudahkan teman menerima operan dan kemudian berbuah gol. 

Semuanya bersatu dalam sebuah kerja keras dan perjuangan tak kenal lelah, ketika mereka harus mengahadapi Tim lawan yang tangguh dan sukar dikalahkan. Pertanyaannya, apa kunci ketangguhan dan  kesuksesan Timnas Spanyol?

Hemat saya, ada beberapa hal penting yang perlu dicatat dari keberhasilan Tim Matador yang kemudian disemat gelar baru, Sang Raja Eropa (The King of Euro). 

Pertama, keseriusan untuk berbenah. Timnas Spanyol dalam sejarah piala dunia benar-benar dibuat malu oleh tim sekelas Korea Selatan pada perhelatan piala dunia 2002. 

Mereka mesti tersingkir secara menyakitkan oleh tuan rumah Korea Selatan melalui drama adul pinalti. Seolah menghapus duka teramat dalam ini, Tim Matador membangun sebuah fondasi kuat, mendatangkan para pemain bintang menjadi Los Galacticos untuk Real Madrid dan mendidik para pemain muda ala La Masia di Barcelona. 

Kerja keras semua pihak di negeri Matador tidak lantas membuahkan hasil. Pada piala dunia 2006 di Jerman, Spanyol belum menunjukkan kekuatan sepak bola mereka. Tak ada nama Timnas Spanyol di partai puncak piala dunia 2006. La Furia Roja belum selesai berbenah. Mereka masih mengasah ketajaman nalurih Xavi Hernandez dan Andres Iniesta di Barcelona. 

Dari kejeniusan kedua pemain brilian ini kejayaan Tim Matador teraktualisasi. Spanyol berhasil mengangkat Trofi piala Eropa 2008. Sebuah perjalanan sejarah yang melelahkan, kerja keras tak kenal lelah berbuah manis pada raihan trofi bergengsi pertama pada pentas akbar negara-negara Eropa.

Kedua, filosofi sepak bola yang konsisten. Pada level liga, warna khas tiki-taka Barcelona mengental dalam permainan Xavi, Cs di Timnas Spanyol. Sejak kemenangan pada gelaran piala Eropa 2008, Spanyol berhasil mempertahankan tipikal permainan ala tiki-taka sampai berhasil (merebut) piala dunia dari genggaman Tim Azzuri (Italia). 

Kemenangan pada pentas piala dunia menyejajarkan Timnas Spanyol dengan timnas Brazil, Italia, Jerman, Argentina dan Inggris yang pernah meraih trofi piala dunia. 

Keberhasilan Casillas, dkk merebut piala dunia adalah buah dari konsistensi mereka mempertahankan level permainan tinggi seperti saat mereka memenangkan piala Eropa 2008.

Ketiga, mengutamakan kerja sama tim yang apik. Terasa mengesankan kalau orang menyaksikan permainan level atas yang dipertontonkan Iniesta, dkk saat bersua Italia di partai puncak piala Eropa 2012. Tim Spanyol seolah menyimpan (menyembunyikan) kekuatan pada laga-laga sebelumnya, dan menampilkan energi pada partai puncak. Kerja sama antarpemain dan passing yang akuran membuat Tim Azzuri tak berdaya  meladeni permainan cantik ala Iniesta, Cs. 

Kemenangan 4:0 tanpa balas pada partai final menjadi level permainan tim yang sulit terpecahkan dalam sejarah permainan sepak bola. Kerja sama tim menjadi kunci kejayaan Timnas Spanyol. 

Karena itu, kesuksesan sebuah permainan tim seperti sepak bola tidak terlepas dari semangat bersama untuk secara kolektif meraih kemenangan tersebut. 

Kerja keras Timnas Spanyol berbuah manis; meraih tiga kali gelar (bergengi) berturut-turut dalam perhelatan akbar piala Eropa dan piala dunia. Keberhasilan Iker Casillas, Cs telah menginspirasi sepak bola dunia untuk bermenung dan menata diri; membangun kembali fondasi yang kokoh demi perkembangan sepak bola di masa mendatang. 

Tak ada alasan untuk tidak berhasil, khusus untuk sepak bola Asia karena para punggawa Timnas Spanyol telah membuktikan kejayaan sepak bola lewat postur mungil seperti orang Asia pada umumnya. 

Bertubuh mungil tidak lagi menjadi alasan sikap inferior (rasa rendah diri) karena Lionel Messi telah membuktikan kebintangannya dengan rasa bangga sambil mengasa keterbatasan (tubuh kecil) menjadi kekuatan luar biasa untuk memainkan si kulit bundar.

Oleh karena itu, kesuksesan merupakan buah kerja serius berbagai elemen penting yang terlibat langsung dengan persepakbolaan. Mengintip prestasi Timnas Indonesia, Asosiasi sepak bola seperti PSSI tidak boleh bekerja sendirian untuk memajukan sepak bola tanah air. 

Perlu kerja keras dan kerja sama berbagai elemen penting sepak bola tanah air. Semua pihak mesti merasa bertanggung jawab untuk membangun dan memajukan sepak bola di negeri ini; negeri dengan animo pendukung paling maniak tetapi terbelenggu prestasi Timnas sepak bola yang memprihatinkan. Belajarlah dari kerja sama Timnas Spanyol, agar Garuda Jaya tetap Berjaya di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun