Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan cerita dari petani-petani di Anaranda, (sebuah kampung di kecamatan Wewaria kabupaten Ende, Flores) tentang harga hasil pertanian mereka yang dibeli sangat murah. Harga kedelai, misalnya, hanya dibeli RP 6000 oleh para tengkulak (pemilik modal). Sementara di Pulau Jawa kedelai dibeli oleh perusahaan-perusahaan produktor tempe dan tahu dengan harga yang sangat layak.Â
Ada Relasi Kekuasaan yang Menindas
Setelah berdialog dengan sejumlah petani lainnya di Anaranda, mereka juga mengeluhkan harga kedelai yang murah sehingga membuat mereka "malas" menjadi petani. Saya melihat persoalan itu bisa terjadi karena struktur kekuasaan yang menindas, karena beberapa poin berikut.
Pertama, tengkulak bisa membeli kedelai dengan sangat murah karena tidak ada kebijakan dan aturan dari Bupati Ende dan jajarannya yang mengatur soal harga kedelai di pasaran. Jika ada Surat Keputusan Bupati yang mengatur dengan detail tentang harga kedelai, maka para tengkulak (pemilik modal) tidak mungkin bisa membeli kedelai dengan harga sangat murah, sebab daftar harga barang sudah jelas. Atau jika aturan itu sudah dibuat, maka aturan itu hanya formalitas-administratif, tanpa dijalankan dan dikontrol dengan benar oleh jajaran pemerintah yang terkait.
Kedua, ada "main mata" antara Pemerintah dan para pemilik modal (tengkulak).Iya, hemat saya, para pemilik modal mesti bermain mata dengan pemerintah agar harga komoditas tidak diatur dengan benar oleh pemerintah sehingga para tengkulak bisa mengatur harga semaunya.Â
Ketiga, Pemerintah Kabupaten Ende tidak punya hati terhadap kesejahteraan para petani. NTT masih dilabeli propinsi termiskin sejak dulu, karena kehidupan dan kesejahteraan para petani tidak serius diperhatikan. Para petani hanya dimanfaatkan saat momen-momen pemilu saja oleh para caleg atau kandidat Bupati untuk sekedar menyumbangkan suara. Setelah itu, urusan kesejahteraan adalah urusan masing-masing orang. Keadaan demikian, jika dibiarkan, maka kemiskinan dan kesulitan ekonomi akan terus-menerus menimpa rakyat. Sementara pemerintah, DPR, dan jajaran menikmati kesejahteraan. Sebuah kondisi yang sangat kontras, karena Pemerintah menikmati kegembiraan luar biasa setelah terpilih dengan gaji besar yang diberikan negara, sementara para petani berkubang dalam lubang hitam kemiskinan.
Gerakan Tani
Terhadap kondisi yang memprihatinkan tersebut, para petani mesti membuat gerakan. Yah, gerakan petani untuk merubah nasibnya. Beberapa hal berikut mesti dilakukan para petani untuk melawan kolusi para kapitalis dan Pemerintah.
Pertama, menuntut pemerintah untuk segera membuat Surat Keputusan yang mengatur harga komoditas petani di pasaran.
Kedua, pemerintah harus men-sosialisasikan Surat Keputusan tersebut agar diketahui oleh semua petani di Kabupaten Ende. Agar mereka tidak lagi menjual hasil pertaniannya dengan harga yang murah.
Ketiga, Menolak dan Menegur dengan keras setiap upaya kolusi dari para tengkulak, agar tidak ada lagi penindasan terhadap para petani. Penolakan pemerintah terhadap main mata para kapitalis hanya bisa terjadi, jika pemerintah jujur dan berintegritas.