Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Zidane Kembali Melatih Real Madrid, Untuk Apa?

12 Maret 2019   15:47 Diperbarui: 12 Maret 2019   17:11 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kabar mengejutkan serentak melegakan menghampiri Madridista seantero Jagat. Pasalnya, Zidane, sang pelatih paling Fenomenal (spesial liga Champions), kini hadir lagi untuk publik Bernabeu dan melatih kembali Real Madrid hingga 2022. Zidane adalah sosok penting dan krusial untuk Real Madrid selama masa kepelatihannya di Real Madrid, bersama sang Mega Bintang, Christiano Ronaldo. Terpuruknya Real Madrid saat ini, tidak lepas dari hengkangnya Zidane dan Ronaldo secara bersamaan dari Santiago Bernabeu. 

Ada dua sosok penting yang dirindukan oleh Madridista (sebutan untuk pendudkung Real Madrid). Mereka merindukan kembalinya sang Mega Bintang CR7 (julukan Ronaldo), jika Zidane tidak mau kembali ke Bernabeu. Akhirnya, bukan Ronaldo sang mesin gol El Real yang kembali, tapi Zidane yang terpaksa harus melatih kembali El Real, setelah 'berbelaskasih' dengan kondisi Tim yang ambruk. 

Real ambruk dalam beberapa kompetisi belakangan ini, termasuk Liga Champions setelah kalah 1:4 dari Ajax Amsterdam  di hadapan publiknya sendiri, di Stadion kebanggaan, Santiago Bernabeu. Sebelumnya, pada Stadion yang sama El Real juga dipermalukan Barcelona 3:0 yang membuat Madrid tersungkur dari gelaran Copa Del Rey; sebuah kekalahan telak nan menyakitkan bagi Madridista yang sebelumnya begitu bangga dengan keberhasilan Madrid meraih gelar Liga Champions tiga kali secara berturut-turut. Euforia lenyap seketika, ketika Zidane dan Ronaldo hengkang. 

Langkah Madrid di Liga Spanyol terseok-seok, dan beberapa pekan awal masuk ke zona papan tengah La Liga. El Real kini, sudah tidak memiliki harapan yang cukup untuk musim 2018-2019, karena selisih poin di Liga Spanyol terpaut 11 angka dari pimpinan klasemen, Barcelona (sang musuh bebuyutan). Sebuah kondisi yang teramat ironis untuk hegemoni Madrid di Liga Champions di bawah arahan Zidane beberapa tahun belakang, dengan didukung produktivitas gol sang Maestro Christiano Ronaldo. Lalu, untuk apa Zidane ke Madrid dengan kondisi tim yang berantakan?

Zidane, terlahir sebagai bintang sepakbola dari rahim klub-klub besar seperti Juventus dan Real Madrid. Zidane tidak mengalami kondisi kekalahan yang menyakitkan dari tim lawan, karena dia adalah pahlawan kemenangan Tim Ayam Jantan (sebutan untuk Timnas Prancis) di gelaran piala dunia tahun 1998. Brazil menjadi korban keganasan insting zidane yang mampu mencetak dua gol untuk kemenangan Tim Prancis pada gelaran piala dunia di kandangnya sendiri. 

Zidane adalah sosok playmaker murni yang kalau pada zaman ini sulit dijumpai. Zidane adalah sosok yang selalu menginspirasi tim di mana pun dia bermain. Zidane adalah playmaker kelas dunia dengan kemampuan komplit. Saya tidak menyandingkan Zidane dengan para playmaker saat ini, karena dia jenius dan istimewa untuk seorang playmaker (otak permainan tim). Zidane adalah modifikasi paling sempurna dari kemampuan olah bola Diego Maradona, dan insting gol ala Pelle. Zidane adalah seorang pesepakbola denga aura paling kharismatik. Karena itu dia pun layak menyandang gelar seorang pelatih profesional paling sukses di level Liga Champions, karena belum ada pelatih tim Eropa mana pun yang bisa memenangkan tiga kali Liga Champion secara berturut-turut.

Di Hadapan Zidane, Christiano Ronaldo yang egois dan sombong, bisa ditaklukan. Ada semacam penghormatan tak kasat mata terhadap kemampuan dan sosok karismatik seorang Zidane oleh para pemain yang dilatihnya. Lalu, pertanyaannya, mengapa Zidane memilih kembali menangani El Real? Saya kira, Zidane memiliki rasa kepemilikan (sense of Belonging) yang cukup kuat terhadap real Madrid. Dia simpatik dengan kondisi Real Madrid yang terpuruk sejak sepeninggalan dirinya bersama dengan Christiano Ronaldo. Iya, Zidane ingin mengembalikan kejayaan El Real seperti masa-masa sebelumnya. 

Real Madrid yang disegani klub-klub elit Eropa. El Real yang selalu garang, di kandang sendiri maupun di kandang lawan. El Real yang tidak pernah puas dengan gelar-gelar Liga Champions. Real Madrid yang berkarakter kuat, yang sulit dikalahkan lawan, walaupun dalam posisi tertinggal. Zidane tahu cara memotivasi anak buahnya, karena Zidane adalah sang arsitek sejati, yang tahu bagaimana harus membangun bangunan jiwa dan mental para pemain. Zidane memberikan ketenangan dan motivasi yang kuat kepada para pemainnya, bahwa sebelum pluit panjang ditiupkan, pertandingan belum selesai. Dan segala kemungkinan bisa saja terjadi dalam pertandingan sepakbola, karena tidak ada yang tidak mungkin. 

Tapi Zidane tidak sendirian. Dia membutuhkan sosok penting di lapangan yang paham sepakbola dengan baik, yang paham keinginan dan psikologi seorang Zidane. Dialah Christiano Ronaldo, seorang pencetak gol sejati, seorang petarung sejati yang tidak pernah mau kalah sebelum pertandingan sejati. Ronaldo adalah eksekutor ide-ide brilian Zidane sehingga gol-gol mengalir deras dari kaki sang bintang. Saat ini, ketika Zidane kembali sendirian ke Santiago Bernabeu, apakah Zidane berhasil tanpa Ronaldo?

Saya kira, sehebat-hebatnya seorang pelatih dia tetap butuh pemain bintang yang berkarakter kuat seperti Ronaldo. Tanpa Ronaldo, kembalinya Zidane akan menjadi sebuah romantisme hampa, karena Zidane tidak punya eksekutor sejati seperti CR7. Akankah Zidane nanti akan hengkang karena tidak mampu membawa kembali keberuntungan seperti masa-masa kepelatihannya sebelumnya? Kita lihat saja, apakah Zidane masih mampu tanpa kehadiran sang Mega Bintang Christiano Ronaldo. 

Hemat saya, Zidane akan pamit dari Real Madrid, karena Zidane tidak pernah mengalami keterpurukan dalam karir sepakbolanya, jika Madrid tidak mampu mendatangkan pemain bintang sekelas Christiano Ronaldo, untuk mengaplikasikan ide-ide briliannya di lapangan.  Zidane yang enggan gagal, akhirnya memutuskan pensiun sebagai pemain profesional, ketika tandukannya kepada Marco Materazzi berujung kegagalan Timnas Prancis di final Piala Dunia 2006 melawan Timnas Italia. Zidane yang selalu ingin menang, seperti Christiano Ronaldo yang tidak pernah mau kalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun