Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pak Jokowi, Inilah Musuh Anda yang Paling Berbahaya

7 November 2012   14:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:48 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sembunyikan wujudmu

Pada tanah yang tak dikenal

Sebab sesuatu yang tumbuh

Dari biji yang tak ditanam"

Tak berbuah sempurna [dikutip dari buku Sang Zahid, Mengarungi Sufisme Gus Dur karya KH Husein Muhammad]

Siapa musuh Jokowi yang paling berbahaya? PUJIAN.Baik itu disampaikan media, kolega, bawahan, keluarga, saudara atau siapapun yang dekat dengannya.

Saya mengamati Jokowi memang sedang memanen PUJIAN. Media begitu memanjakannya. Misalnya, Jokowi disebut media darling. Bahkan kemenangannya sebagai gubernur DKI diduga salah satunya karena factor media.

Media menyukainya bukan karena ia pintar meracik citra dengan memodali media agar selalu meliput sisi baiknya. Atau membeli media biar mudah memain-mainkan citranya. Tidak. Itu sepertinya bukan cara Jokowi.

Jokowi disuka media karena sosok pemimpin langka. Sederhana, apa adanya, merakyat, cerdas, dan tanggap. Setidaknya itulah kesan saya. jadi karakter kepemimpinannya yang saya sebut bukanhasil pencitraan. Bukan dicitrakan, disulap, seolah-olah, tapi nyata dan benar-benar ada dalam kepribadian Jokowi.

Cara Jokowi memimpin DKI hari ini jadi buah bibir mayarakat di manapun. Masyarakat seolah menemukan wujud pemimpin yang sejak dulu dicarinya. Meski saya tahu, masyarakat kebanyakan mengenal Jokowi dari media. Tapi cukuplah bagimasyarakat untuk selalu mengalirkan PUJIAN bagi Jokowi.

Tapi…

Tapi hati-hati pak Jokowi. PUJIAN bisa meninabobokkan. PUJIAN bisa menjadikan orang seperti tak berjejak di bumi. Bisa lupa daratan. Bisa menghilangkan kesadaran.

PUJIAN, jika tidak ditakar secara tepat, sedikit banyak akan mempengaruhi cara pancang pak Jokowi. Ia akan mempengaruhi pak Jokowi bagaimana memandang dirinya, posisinya sebagai gubernur, dan memperngaruhi kebijakannya. Jika tidak disikapi hati-hati, PUJIAN akan menjadikan orang kemaruk CITRA.

Jika suatu hari tiba-tiba ada suara keras dan kritis, pak Jokowi yang selalu menerima PUJIAN akan kaget. Suara sumbang itu bisa memberi kekeruhan suasana bathin, membuat tidak tenang, dan akan mempengaruhi ritme dan irama kebijakan pak Jokowi. Terutama jika PUJIAN sengaja menjadi alat oleh orang-orang yang punya kepentingan.

Ada mutiara hikmah Ibnu Athaillah yang selalu disampaikan Gus Dur yang mungkin bisa menjadi pegangan pak Jokowi.

“Sembunyikan wujudmu

Pada tanah yang tak dikenal

Sebab sesuatu yang tumbuh

Dari biji yang tak ditanam

Tak berbuah sempurna”

Meski pak Jokowi sulit menghindar dari liputan media, dari pandangan warganya yang selalu memberikan PUJIAN, tapi ABAIKAN PUJIAN itu. PUJIAN yang menjadikan orang populer, masyhur, selalu jadi hot news akan menggiring orang, jangankan ditanam, malah bisa tak berjejak di bumi.

Saya yakin pak Jokowi memiliki kekuatan spiritual dan kearifan local yang bisa menjadi mekanisme dalam menghadang PUJIAN. Karakter kepemimpinan pak Jokowi sudah kelihatan bahwa mekanisme itu bekerja. Sederhana, apa adanya, dekat dekat rakyat, jujur, dan tegas adalah karakter yang penting untuk terus dipelihara.

Tapi suara-suara kritis atau bahkan suara yang tidak suka patut diapresiasi sebagai mekanisme penyeimbang terhadap PUJIAN dan harapan warga yang demikian tinggi sama pak Jokowi. Sekali lagi, ABAIKAN PUJIAN itu bapak.

Semoga bapak selalu sehat dan diberi kekuatan lahir bathin oleh Allah dalam memimpin Jakarta. Kisah sukses dan karakter kepemimpinan bapak, jika tak bergeser, akan memberi inspirasi bagi munculnya pemimpin-pemimpin lain di negeri ini. Amien.

Salam dari Madura…

Matorsakalangkong

Pulau Garam | 7 november 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun