Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cara Orang Madura Memuliakan Guru

10 Mei 2012   14:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:28 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1336672306212890986

[caption id="attachment_187486" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi (KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN)"][/caption]

Guru bagi orang Madura sangat mulia. Orang Madura memposisikan guru sebagai orang yang wajib dimuliakan setelah orang tua. Ada ungkapan yang bisa menjadi clue tentang ini yaitu bappa’ babbu’, guru, dan rato (bapak, ibu, guru, dan ratu/penguasa). Posisi guru dalam pandangan orang Madura lebih mulia ketimbang penguasa.

Kenapa guru begitu mulia? Bagi orang Madura guru adalah pendidik bathin. gurulah yang mengenalkan pengetahuan bagaimana seharusnya hubungan antara hamba dan Tuhannya, hubungan antara sesama manusia dan hubungan antara manusia dengan alam. inilah yang oleh orang Madura disebut sebagai adeb atau akhlak.

Dalam pandangan orang Madura, suatu kesombongan jika murid melupakan guru ngaji alif-ba-ta-tsa, sekalipun sekarang ia bergelar doctor. Orang Madura menyebut guru ngaji itu sebagai guru rebaan (guru yang menjadi sandaran pertama kali murid menuntut ilmu agama.

Saya punya teman yang S2 dan S3nya diperoleh dari perguruan tinggi di Amrik. Sayang, teman saya ini ketika pulang –setidaknya dalam masyaralat—kurang menghargai gurunya, terutama guru ngaji dan sekolah dasarnya. Kontan masyarakat merespon sikap sang doctor ini sebagai murid yang lupa sama guru rebaanna. Meski ia berhasil dalam keilmuan, tetapi kurang berhasil di tengka (budi pekerti).

Posisi guru dalam masyarakat Madura sangat unik. Hubungan bathin seorang murid kepada gurunya terbentuk tidak saja ketika dalam proses belajar, tapi sepanjang hayat. Dalam tradisi Madura ada ungkapan nyabis (mirip dengan bahasa sowan dalam bahasa jawa). Nyabis ini kira-kira semacam silaturrahmi kepada guru yang dilakukan oleh seorang murid yang sudah tamat setidaknya sekali dalam setahun.

Nyabis ini menandakan bahwa hubungan bathin antara murid dan gurunya demikian kuat. Merantau kemanapun seorang murid ia masih menyisakan waktu untuk membangun jalinan bathin dengan kiainya. Jika kebetulan pulang kampung, misalnya waktu lebaran, ia akan bersilaturrahmi secara langsung kepada gurunya. Jika tidak, ia bisa berkomunikasi melalui telepon.

Dalam pandangan masyarakat Madura, meski seorang murid telah memiliki keluasan ilmu, tetap harus menjaga sikap tawadhu’ (rendah hati) dan menjauhi sikap sombong. Kepada guru langger atau guru waktu ngaji sekalipun harus tetap hormat dan tidak boleh melupakan. Setidaknya yang sering dianjurkan oleh orang tua di Madura, kalau tidak bisa nyabis kepada para guru, paling sedikitnya harus mendoakannya meski dengan membaca surah al fatihah.

Keluasan ilmu seseorang tidak akan diperoleh, jika para guru di waktu kecil tidak meletakkan dasar pengetahuan. Merekalah yang meletakkannya. Karena itu, ketika seorang murid melanglang dunia mencari ilmu dan kemudian menjadi pinter, tak seharusnya memandang sebelah mata kepada gurunya di waktu kecil.

Begitu menghormatnya kepada guru, orang Madura bahkan sering membawa serta anaknya nyabis kepada gurunya. Saya pernah punya pengalaman yang membuat almarhum ayah saya begitu terluka. Ketika saya diajak sowan ke guru ayah, saya menolak. Pasalnya, saya tidak pernah berguru kepada beliau. Wajah almarhum ayah langsung merah padam. Beliau marah besar. Saya dianggap sebagai mahasiswa –ketika itu sudah semester 10—yang tidak tahu adeb.

Jangan aneh, jika melihat orang Madura menundukkan badan seperti tradisi orang Jepang,kemudian bersalaman dengan mencium tangan gurunya. Itu sebagai bentuk pemulian terhadap sosok yang telah mendidik bathinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun