Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Miris, Guru Jadi Germo

30 April 2012   03:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:57 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koran local, Radar Madura, hari ini memberitakan penangkapan seorang guru SD yang ditengari memiliki profesi sampingan, sebagai germo. Guru PNS ini terkena razia di tempat yang biasa dijadikan mangkal PSK. Ketika dirazia, guru ini mengatur pelarian para PSK yang akan ditangkap oleh para petugas. Guru ini diduga mengatur jaringan PSK tidak saja di satu titk, tapi di banyak titik. Saat ini kasusnya masih didalami oleh Dinas Pendidikan Kabupaten. Jika benar, tindakan tegas sudah menunggu.

Baca berita ini saya sungguh miris. Berita ini seakan melengkapi berita buruk lainnya tentang guru. Di berbagai media sering kita baca berita guru yang selingkuh, guru mencabuli siswinya, guru nyabu, guru pengedar, dan seterusnya. Fakta telanjang ini tidak bisa dianggap enteng. Lonceng kematian pendidikan setidaknya mulai bergema.

Guru Bukan Sekedar Profesi

Betul bahwa guru manusia. Sama dengan yang lain, tak bebas dari pengaruh arus gaya hidup hedon dan serba benda. Tetapi, menjadi lain ketika guru tidak dianggap sebagai anasir terpisah dari anak didiknya. Di sini guru menjadi berbeda. Karena guru bukan sekedar profesi. Guru menjadi nyawa dalam proses pendidikan karakter yang ingin dididikkan kepada anak didiknya.

Ketika tidak sekedar dianggap profesi, guru tidak selesai ketika ia menyelesaikan tugas mengajarnya dan keluar dari ruang kelas. Masih ada tugas lain. Menjadi pendidik. Pendidik yang harus menjaga laku dan kata. Melalui laku keteladanan kepada anak didiknya. Inilah saya pikir tugas paling berat dari seorang berat.

Tak bisa seorang guru memisahkan tugasnya di sekolah dan di luar sekolah. Tak bisa sepenuhnya guru memisahkan antara masalah di ranah public dan ranah private. Ucapan dan tindakannya akan dimaknai sebagai seorang guru di manapun ia berada. Di dalam sekolah mapun di luar sekolah.

Saat ini,ketika gaji dan tunjangan guru semakin tinggi, banyak anak muda yang berminat menjadi guru. Seolah menjadi guru gampang. Seolah menjadi guru hanya perkara keterampilan. Di sini banyak yang tertarik menjadi guru bukan karena panggilan. Tapi karena gaji dan tunjangan guru yang lebih menggoda. Ada tetangga yang saya tahu pemabuk, tapi dengan mudahnya ia bisa mengajar sebagai tenaga sukwan di sebuah negeri SD negeri.

Sungguh bagi saya, guru cabul –apalagi menjadi germo—telah menikam ruh pendidikan dalam pengertian sebenar-benarnya. Ini tak bisa dianggap kasuistik. Terlalu banyak kasus esek-esek lainnya yang saat ini melibatkan guru.

Sekedar Tawaran

Lemahnya etika di kalangan guru perlu dicarikan jalan keluarnya. Saya mengajukan saran sebagai berikut :

1.Barangkali sudah saatnya Depdiknas membuat satu intrumen yang secara jelas bisa merekam kemampuan guru tidak sekedar tehnis-administratif terkait didaktik-metodik, tetapi lebih dalam yang bisa merekam kepribadiannya.

2.Pengawas pendidikan didorong untuk melakukan tugasnya dengan baik melampaui tugasnya saat ini, sekedar nakuti-nakuti sekolah dan guru yang diawasinya.

3.Dinas pendidikan sudah harus kreatif bekerja dengan keluar dari mindset lama, sekedar mengerjakan sesuatu yang rutin dan tehnis. Termasuk merubah pola relasi dengan sekolah yang saat ini sangat top-down. Beri sekolah wewenang untuk menindak guru-guru yang nakal, tentu setelah melalui proses musyawarah dengan semua guru dan perwakilan orang tua murid (bisa komite sekolah atau apapun namanya, termasuk juga melibatkan organisasi profesi seperti IGI, PGRI, dewan pendidikan kabupaten dll.

4.Tindakan tegas jika itu terbukti harus dilakukan. Selama ini, jika ada guru nakal terkadang jadi komoditi, atau tarik menarik antara sekolah dengan kebijakan diknas. Jika berat, sanksinya tak cukup hanya dipindahtugaskan ke sekolah lain.

5.Barangkali perlu didorong munculnya Dewan Etik Guru di masing-masing sekolah. Dewan Etik Guru ini bertugas untuk mendalami kasus-kasus guru nakal, dan kemudian memberi rekomendasi kepada pengambil kebijakan (kalau di swasta kepada Yayasan) apakah mau diberhentikan atau tidak.

Saatnya sekarang para guru merenung, lemahnya etika di kalangan guru hingga ada guru yang diduga menjadi germo, pertanda apakah ini?

matorsakalangkong

sumenep, 30 april 2012

artikel terkait, Apa Tugasmu Pak Pengawas Pendidikan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun