Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tuhan Mewarnai Aprilku, Satu Lahir-Satu Meninggal

23 April 2012   15:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:14 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lemas. Dunia seperti senyap. Pikiran dan kesadaran seperti dibawa ke dunia lain. Tak sadar. Kaki tiba-tiba melangkah ke luar rumah, mencari ponakan, cucu ayah dari kakak-kakak saya. Kami berangkulan. Menangis semua.

Saat kesadaran pulih, saya telpon keluarga istri. Saya terbata-bata mengabarkan meninggalnya ayah. Saya tidak ingat lagi untuk sekedar menanyakan kabar bayi mungil yang sebelumnya telah mengajari saya kebahagiaan. Adel,  bayi mungil itu, tak ada lagi dalam kesadaran saya.

Para tetangga dan saudara-saudara saya mulai berdatangan di rumah . Beberapa orang melantunkan surah yasin sambil menunggu ambulance tiba di rumah. Jam 12.00 wib, ayah datang dengan wujud berbeda. Kali tidak dengan senyum di bibirnya. Tapi dengan isak tangis saudara-saudara yang mengelilinya.

Setelah wafatnya, saya baru tahu makna musyawarah yang diajarkannya sebelum wafat. Urusan mau dibawa ke rumah sakit sekalipun harus dimusyawarahkan dengan seluruh keluarga, apalagi masalah yang memang lebih wajib dimusyarahkan. Menurut informasi saudara, ayah semakin sulit bernafas ketika ada seorang perawat -tentu atas rekomendasi dokter-menyuntikkan cairan berwarna merah ke dalam infuse. Seketika itu nafas ayah tersengal-sengal dan beberapa menit kemudian wafat. Teapi sudahlah, takdir bisa menjemut kematian dimana saja. Inilah rahasianya. Karena semua sepakat dibawa ke rumah sakit, antar saudara tidak ada yang saling menyalahkan.

***

"Ba...kapan adel lahir...?," tanya anak saya ketika sudah tahu bicara.

"Nak...Adel lahir hari jumat. Jam 21.30. 23 April 2004. Dua hari kemudian, mbah adel meninggal."

Adel tiba-tiba menangis. Kerinduannya meski tidak sempat bertemu, justru mendorongnya untuk bertemu. Saya diam. Tak mampu lagi bicara sepatah pun. Di usinya yang hari ini sudah 8 tahun, semoga bisa mengambil sifat mbahnya, jujur, adil, dan selalu mengedepankan musyawarah.

***

Bulan april 2004 Tuhan mengajari hidupku penuh warna. Tidak selalu cerah, tetapi juga kelabu. Tidak saja suka, tetapi juga duka. Tidak selalu ceria tetapi juga sedih. Ya, Tuhan telah mengajari hidupku untuk selalu menjaga keseimbangan. Termasuk mendidikmu nak. Meski baba dan ummimu tidak selalu bisa. Selamat ulang tahun nak...

Matorsakalangkong

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun