Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Mau Merasakan Sensasi Si Kecil? Inilah Rahasianya

27 September 2011   14:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:34 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_133633" align="aligncenter" width="258" caption="google"][/caption] Jikaingin mengukur keintiman dengan si kecil, saya sarankan Anda untuk mencarinya ketika baru tiba di rumah sehabis kerja. Seberapa kuatkah dentum kerinduan Anda untuk segera menemuinya? Dan seriang apakah kicauan si kecil menyambut ayah/ibunya yang tiba kembali di rumah?

Sederhana memang. bahkan terkesan sepele. Tetapi keriangan si kecil menyambut ayah/ibu sehabis kerja atau ke luar kota adalah bahasa keintiman. Bahasa yang jujur. Bahasa yang tidak mungkin dibuat-buat.

Seringkali si kecil ketika ortu baru tiba di pintu, dengan langkah seribu ia menyergapnya. Dari dalam rumah sudah terdengar nyanyian, “ayah datang…ayah datang…/ibu datang…ibu datang…” sontak mereka berhamburan ke pintu depan dan bergelayut di betis, sambil menarik-narik tangan ingin digendong. Atau merengek ingin main.

Bagi ortu, bahasa keintiman yang diperagakan si kecil dan panggilan “ayah datang atau ibu datang” mendesirkan pemenuhan kebahagiaan. Benar-benar menyegarkan. Seluruh penat dan pegal serta rasa capek yang mendera seolah sirna. Lenyap dibasuh panggilan, rengekan, dan sikap manja si malaikat kecil dengan ekspresi kerinduannya yang genuine dan jauh dari sikap pura-pura.

Cobalah rasakan sensasinya. Tak ada kebahagian yang melampaui panggilan si kecil ketika pulang. “ayah/ibu datang” adalah panggilan terdalam dari suatu jalinan bathin yang hadir tidak secara tiba-tiba. Ungkapan itu lebih tepat dimaknai sebagai wujud dari jalinan bathin yang kuat bahwa “dia adalah anak, dan Anda adalah ayah/ibu.” Bukan Ayah/ibu seolah-olah.

Tentu jalinan ini terbingkai melalui proses lama. Dengan melibatkan kepedulian, kasih sayang, kehangatan, dan pemartabatan terhadap si kecil. Dan si kecil cukup cerdas. Melalui mata hatinya ia merasakan dan membalasnya dengan panggilan mendayu-dayu. Satu bentuk kerinduan yang bertalu-talu dalam bathinnya ketika ditinggal ortunya. Dan meledak dalam keriangan dan kebahagiaan ketika bertemu kembali dengan ortunya.

Sebaliknya, jika kerinduan Anda terhadap si kecil tidak menggema ketika di luar rumah, dan si kecil juga merespon biasa ketika Anda tiba di rumah, pertanda jalinan bathin sedangkusut. Kalau pun kadang si kecil tetap sekali-kali meneriakkan “ayah datang atau ibu datang “, maknanya hanya menggedor di permukaan. Dan belum masuk dalam ruang bathin yang menggugah. Baik di bathin Anda maupun di bathin si kecil.

Jika begitu, jaga keintiman dengan si kecil dan rasakan sensasinya ketika meneriakkan “ayah..datang…ayah …datang…/ibu…datang….ibu datang….” pas Anda tiba di rumah saat didera capek selepas kerja.

Matorsakalangkong

Sumenep, 27 September 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun