Ketika saya memposting tulisan, Satu Lagi Siswa Siswa Miskin Terselamatkan, semua komentar membuat saya terharu. Langkah kecil yang dilakukan madrasah tempat saya mengajar memperoleh apresiasi yang tulus dan dukungan penuh.
Yang lebih mengarukan ada kompasianer yang saat ini berada di Dubai berniat mengulurkan tangan. Tak cukup melalui komentar, ia mengirim pesan via inbox di Kompasiana agar saya mengirimkan nomer nama sesuai KTP dan nomer HP. Kamis malam sekitar jam 20.00 saya mengirim pesan balasan. Tiga menit kemudian pesan baru masuk ke HP saya mengabarkan bahwa uang sebesar 1 juta telah ditransfer melalui werstern union.
Nama kompasianer itu mas Mukti Ali. Sejak bergabung di kompasiana, saya sudah mengenalnya. Karena dulu ia termasuk kompasianer teraktif di Kompasiana. Saya tidak pernah bertemu face to face dengan mas Mukti. Yang membuat saya haru, ia percaya begitu saja kepada saya untuk menyampaikan amanah kepada siswa yang saya ceritakan di kompasiana.
Jumat malam saya mengontak kepala sekolah dan Kepala TU untuk mengabarkan berita mengharukan ini.Atas banyak masukan, penyerahan itu akan dilakukan di hadapan semua siswa besok paginya. Cara ini diambil biar semua siswa bisa menarik hikmah, bahwa dalam kesulitan selalu ada kemudahan.
Pagi tadi, sebelum masuk07.00 wib, siswa diminta berkumpul di halaman madrasah. Mereka tentu bertanya-tanya buat apa dikumpulkan karena pengumumannya begitu mendadak. Yang berhak menerima bantuan pun tidak tahu.
[caption id="attachment_154392" align="aligncenter" width="448" caption="penyerahan simbolis dilakukan waka kesiswaan"][/caption] Saya yang diminta membuka ‘apel pagi’ itu menjelaskan kronologinya. Apa adanya. Baru mereka mengerti kenapa dikumpulkan. Suasana waktu itu begitu haru. Hingga akhirnya saya memanggil waka kesiswaan, yang menggantikan kepala madrasah yang berhalangan hadir, untuk menyerahkan secara simbolis bantuan itu kepada Nur Atis, siswa kelas X. Tanpa dikomando semua siswa memberi applause . ucapan terimakasih kepada mas Mukti dan support kepada Nur Atis untuk tidak menyerah.
[caption id="attachment_154393" align="aligncenter" width="448" caption="nur atis menandatangani bukti penerimaan"]
Para siswa kembali ke ruangan kelas. Ketika jam istirahat dilanjutkan penandatangan penerimaan bantuan di ruang guru oleh Nur Atis. Selesai menandatangani, Nur Atis menyerahkan sepucuk surat untuk disampaikan kepada bapak Mukti Ali.
[caption id="attachment_154395" align="aligncenter" width="336" caption="surat buat mas mukti dari nur atis"]
Kami di madrasah tempat mengabdi tetap akan melanjutkan motto yang sudah kami sepakati, “di madrasah ini, tidak boleh seorang pun berhenti sekolah hanya karena tidak punya beaya. Madrasah akan menanggung beaya Anda. Jika berhenti sekolah karena alasan di luar itu, saya tak memiliki hak menahan kalian”.
Matorsakalangkong
Sumenep, 7 Januari 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H