[caption id="attachment_141445" align="aligncenter" width="419" caption="diunduh dari google"][/caption] Pernah saya mendengar dari guru saya bahwa, berniat melakukan kebaikan, meski karena satu hal tak jadi dilakukan, dalam pandangan agama Islam tetap memperoleh pahala. Sebaliknya, berniat melakukan kejahatan, karena satu hal tidak jadi dilakukan, tidak dicatat sebagai dosa.
Ajaran di atas sebenarnya menegaskan begitu Pemurahnya Allah kepada makhluk-Nya. Begitu Penyayangnya Allah kepada hamba-Nya. Allah menyediakan banyak jalan untuk berbuat kebaikan.Selama 24 jam sebenarnya jalan kebaikan tidak pernah ditutup. Jika mau jujur, sebenarnya kita sendiri yang menutupnya.
Ketika pulang ke rumah, dalam situasi capek kita masih menyisakan senyum tulus sama istri/suami. Anak-anak yang datang menyambut , kita elus kepalanya. Mereka pun memperoleh ketentraman hanya dengan senyum dan elusan. Sepertinya sesuatu yang kecil memang. karena kecil kita seringkali menampiknya. Tetapi pernahkah kita berfikir bahwa, perbuatan itu sebenarnya jalan kebaikan? Kebaikan yang Insyaallah akan menjadi amal kita dihadapan Allah.
Sebelum masuk rumah, kita berpapasan dengan tetangga. Dengan keceriaan yang menyemburat di wajah kita menyapanya dengan penuh ramah. Aura keceriaan itu berubah menjadi sugesti yang menjadikan tetangga kita juga ceria. Bukankah perbuatan kita yang seolah kecil itu juga jalan kebaikan?
Sesibuk-sibuk kita kerena terperangkap dalam rutinitas pekerjaan, kita masih menyisakan kerinduan kepada orang tua, terutama ibu yang melahirkan kita. Jika rumah dekat, kita menyambanginya dan meraih tangannya kemudian menciumnya. Jika jauh, kita mengubunginya melalui HP. Sekedar mohon maaf dan menanyakan kabarnya. Mereka pun diselimuti kebahagiaan karena anaknya masih menganggapnya. Bukankah ini juga jalan kebaikan?
Atau kepada siapapun yang kita temui, kita selalu berbagi ucapan yang baik. Tak pernah menyakiti. Pantang melukai. Mulut kita pun terjaga dari ucapan dan kata-kata kotor.
Kadang ketika ada teman yang ingin curhat, kita menyediakan waktu. Kepada teman yang kena musibah, kita mensupportnya. Kepada teman yang selalu marah, kita menenangkannya, dan seterusnya. Nah, bukankah perbuatan yang seperti ini juga jalan kebaikan?
Bahkan kalaupun kita tidak mampu lagi seperti di atas, kita diam saja. Setidaknya kita menjadi orang yang tidak menyumbang masalah, apalagi sampai memperkeruh masalah. Ya diam. Itu pun, kata guru saya, juga jalan kebaikan. Nah, ternyata menjadi orang baik tidak sulit, bukan?
Selamat malam
Matorsakalangkong
Sumenep, 3 November 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H