Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membaca Kepemimpinan SBY dari Madura

6 Juni 2011   03:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:49 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_112527" align="aligncenter" width="289" caption="google"][/caption] Ijinkan saya membaca kepemimpinan SBY yang dipercaya masyarakat Indonesia selama dua kali menjadi presiden dari sudut pandang budaya saya, budaya Madura. Kenapa budaya saya? Pertama, memudahkan saya untuk membaca kepemimpinannya. Budaya Madura yang telah membentuk nalar dan pandangan hidup saya tentu lebih mudah dijadikan referensi untuk memahami realitas (baca: kepemimpinan SBY), ketimbang saya memahaminya dari sudut pandang teori kepemimpinan yang biasanya rumit-rumit itu. Kedua, selama ini jarang ada pembacaan terhadap kepemimpinan SBY dari sudut pandang budaya masyarakat Indonesia yang plural itu. Bayangan saya, akan menarik jika kepemimpinan SBY dibaca dari sudut pandang budaya jawa, sunda, batak, bugis dan seterusnya sehingga pmbacaannya akan lebih berwarna. Saya akan mulai membaca kepemimpinan SBY dari obrolan orang tidak dikenal ketika saya ikut "tongkang" nyeberang dari pulau kecil di kabupaten Sumenep menjelang pilpres tahun 2004. Dua orang yang sedang asyik berbicara itu yakin bahwa SBY akan terpilih dalam pilpres 2004. Tak ada analisis kenapa akan menang. Pokoknya yakin. Titik. Dugaan saya, SBY dalam pandangan dua orang Madura tadi sangat parjughe (gagah dan wibawa). Setidaknya melihat perawakan dan penampilannya. Karena parjughe berarti SBY memang pantas dan cocok dijadikan pemimpin. Dan tak salah 2004 SBY menjadi pemenang menggusur Megawati, presiden sebelumnya. Tetapi apa yang terjadi setelah terpilih? Bahkan setelah terpilih kedua kalinya? Seandainya saya ketemu lagi sama dua orang tadi, pasti mereka akan berbalik mengatakan: SBY korang parjughe (kurang wibawa). Terbukti ligitimasinya terus melorot. Masalahnya karena dalam pandangan orang Madura SBY gun raja guntorra (ibarat gledek bunyinya keras, tetapi tidak ada hujannya). Artinya antara janji dengan tindakannya berseberangan. Tidak ada kesesuaian. Kepemimpinan SBY juga ditandai oleh sikap ta' tegas (tidak tegas) dan sikap nyorot-nyander (maju-mundur). Satu contoh dalam menyikapi kisruh partai koalisi dalam reshuffle cabinet beberapa bulan lalu, reshuffle ...gak.. reshuffle ...gak.. reshuffle ...gak.. eh...ternyata nggak... Nah sikap ta' tegas dan nyorot-nyander itu harus dibayar mahal oleh SBY. Kepemimpinan SBY menjadi ta' asengnga' (tidak ada bisanya). Artinya, kepemimpinan SBY tak mampu menarik lawan/kawan untuk mematuhinya. Kalau pun SBY benar misalnya, tetap saja sulit diindahkan lawan/kawan karena sikap ta' tegas dan nyorot-nyander tadi. 2 Tahun Lagi Lho Pak Bagaimana seharusnya kepemimpinan SBY dalam sisa dua tahun masa pemerintahannya dibaca dari (budaya) Madura? Dalam pandangan budaya Madura, SBY adalah rato (penguasa). Rato dalam struktur social masyarakat Madura termasuk reng raje (orang "besar" dengan kekuasaaanya). Sejatinya jika menjadi reng raje tidak boleh lupa sama reng kene' (rakyat kecil). Ada ungkapan mon sogi pasoga', kalau kaya (dalam arti kekuasaan atau pun harta) maka harus menjadi penyangga bagi yang lemah. Dalam sisa pemerintahannya SBY harus memimpin secara efektif. Efektifitas kepempinannya akan sangat ditentukan oleh sikap istiqomah-nya dalam membela kepentingan reng kene'. Jadi SBY harus pajekjek ma' sodek, bile lendhu ma' ta' agundek (harus tegak istiqomah sehingga kalau ada gempa {bisa gempa dalam makna goncangan kepentingan pribadi atau kelompok, serangan kawan/lawan, atau nafsu kekuasaan} ia tidak akan goyang). Karena itu sikap "keras" menjadi sangat dibutuhkan meski harus digarisbawahi mon kerras paakerres (jika bersikap keras harus berwibawa laksana keris). Nah dalam hal ini, saya ingin menyaksikan SBY apa bisa "keras" dalam melakukan negosiasi kontrak karya dengan perusahaan asing sebagaimana yang ia janjikan dalam pidato kebangsaan di Hari Kesaktian Pancasila. Kita tunggu saja. Terakhir, SBY sebaiknya focus memimpin pemerintahan untuk mengupayakan kepentingan rakyat dalam sisa masa pemerintahannya. Kata orang Madura sebaiknya SBY lakone lakona, kennengnge kennenganna (lakukan apa yang seharusnya ia lakukan dan tempati posisinya sebagaimana seharusnya ia tempati). Semoga sisa pemerintahannya akan bermanfaat bagi kepentingan rakyat Indonesia. Tinggal 2 tahul lagi lho pak. Salam dari Madura Matorsakalangkong Sumenep, 6 Mei 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun