Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Si Kakek Perkasa

13 April 2011   13:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:50 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_100508" align="aligncenter" width="500" caption="google.com"][/caption] Kemarin pagi sekitar jam 10.00 wib seorang kakek lewat depan rumahku. Berpakaian kolor di atas latut, sarung yang digulung di pinggang dan tidak pake baju, si kakek nampak “perkasa” memanggul lencak yang dijajakan dari rumah ke rumah. Jalannya masih lumayan cepat, meski badannya agak membungkuk menahan berat lencak** yang dipikulnya.

Kebetulan ketika bersamaan dengan si kakek lewat ada temanku, Farid. Farid cerita bahwa si kakek sudah dari tadi keliling kampung menjajakan lencak yang tidak laku-laku. Aku cuma bisa membatin dalam hati, inilah potret masyarakat kecil yang harus bekerja ekstra keras untuk mempeoleh sesuap nasi.

Melihat kakek itu, aku ‘maju-mudur’ untuk sekedar menyapa. Hawatir aku dikira mau beli lencak yang dia panggul. Tetapi aku teruskan untuk sekedar menyapa.

“Pak, ayo mampir dulu. Istirahat dulu sambil ngopi”, aku coba menyapanya

Si kakek menoleh. Mungkin dia berpikir ada yang mau beli. Di sini perasaan dosaku muncul. Berarti aku seolah memberinya harapan.

“Tidak usah”, jawabnya singkat. Aku masih melihat senyum keikhlasan di tengah beratnya memanggul lencak, simbol beratnya beban hidup yang dia tanggung.

“Ayolah pak..sekedar ngopi saja”, kataku memaksa.

“Tidak usah, terimakasih”, jawab si kakek lagi.

Si kakek melanjutkan langkahnya ke arah timur rumahku. Membawa segenap empatiku yang tak tersambungkan. Akhir-akhir ini, masyarakat desa di daerahku makin dituntut bekerja ekstra. Situasi ekonomi yang tak kunjung membaik di negeri yang katanya kaya ini, berdampak nyata bagi masyarakat kecil seperti si kakek yang “perkasa” itu. Tetapi melihat senyum keikhlasannya, dia sepertinya sangat bahagia.

matorsakalangkong

sumenep, 13 april 2011

**semacam dipan terbuat dari bambu yang biasa dijadikan tempat duduk di Madura

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun