Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berkah dan Bencana Kompasiana

21 Januari 2011   12:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:19 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_84982" align="alignleft" width="207" caption="sampe lecek tetap semangat nulis...(google.com)"][/caption] Mengenal kompasiana bagi saya berkah dan bencana sekaligus. Berkahnya, saya menemukan gairah tak terkira dalam menulis. Malah setengah gila. Bayangkan. Biasanya saya tidak pernah tidur jam 1 dini hari, sejak kenal kompasiana saya melakukannya. Wajar jika kemudian saya dari sisi jumlah lebih produktif menulis. Jika sebelum mengenal kompasiana saya hanya menulis di blog pribadi rata-rata 4 tulisan per bulan, setelah kenal kompasiana rata-rata 15-20 perbulan. Peningkatan cukup pesat. Melampaui angka pertumbuhan ekonomi pemerintahan SBY (ha..ha...ngarang, pada hal sumpah saya tidak tahu berapa angka pertumbuhan –minus pemerataan— ekonomi kita).

Setiap hari dalam pikiran saya hanya menulis. Ide-ide tak karuan bermunculan. Kompasiana terus membayang. Membetotkan daya tarik untuk selalu dikunjungi. Sayang, tidak semua tulisan terwadahi dalam struktur bahasa. Selalu saja ada jarak antara apa yang dipikirkan dengan bahasa yang ingin menampungnya. Apalagi dalam bentuk tulisan. Tetapi toh kesulitan menampung tak membunuh gairah membuncah untuk selalu menulis di kompasiana. Mungkin karena dasarnya saya memang hobbi menulis.

Dalam tulisan, diri saya ada. Kadang-kadang saya hilang, karena melebur dalam gagasan itu sendiri. Ya..saya adalah gagasan itu sendiri. Lagi, saya bisa mengambil jarak dari jasad yang mewadahi kesadaran saya. Saya merenung. Berefleksi. Mencari mutiara. Mencari hikmah. Setidaknya menulis menjadi tempat bagi saya untuk menertawakan diri sendiri. Ketololan, kesombongan, kealfaan, kemalasan, kengawuran, kerakusan, dan sifat lain yang dehumanistik saya refleksikan ketika saya menulis. Setidaknya saya berharap menghasilkan sesuatu yang ganda. Tulisan dan pencerahan jiwa.

[caption id="attachment_84983" align="alignright" width="263" caption="ramai di pikiran, sepi dalam kenyataan (google.com)"]

1295608416873996381
1295608416873996381
[/caption]

Kompasiana melecutkan tidak saja gairah menulis, tetapi dalam waktu yang bersamaan juga berefleksi. Inilah pertemuan yang mengharukan dan indah antara saya dan kompasiana. Terus terang, tampilan baru sudah ok. Tapi membuncahnya gariah menulis bukan karena tampilan baru, bagi saya lebih karena kompasiananya. Apapun tampilannya. Dalam psikologi ABG, inilah cinta buta.

Cuma sayang, kompasiana juga menghadirkan bencana. Berjam-jam berkompasiana telah merampas dunia riil saya. Waktu untuk berintraksi dengan anak-istri terkurangi. Suatu hari istri saya sempat “mengancam” saya.

“Awas ya...kalau modemnya besok hilang?”

[caption id="attachment_84980" align="alignleft" width="160" caption="inilah anak saya yang jadi korban kegilaan saya sama kompasiana"]

12956079501975099642
12956079501975099642
[/caption] Saya langsung sadar. Ancaman istri bagi saya wajar. Bayangkan gara-gara kompasiana saya begadang hingga dini hari. Jatah tidur saya jelas kurang dong. Akibatnya habis subuh saya nambah lagi. Pekerjaan yang rutin saya lakukan waktu pagi, menggendong si kecil, jadi terbengkalai. Inilah konteks historisnya ancaman istri saya. Cuma saya ketawa, masa maling mau mencuri bilang?

Tidak cuma keluarga, tetangga saya kena efek dominonya. Mungkin belakangan tetangga saya kaget, tumben tidak main-main ke sebelah kiri-kanan. Pada hal biasanya suka minta kopi gratis. Gimana mau berintraksi dalam dunia riil dengan tetangga, jika setiap saat pikiran saya selalu dibombardir untuk selalu menulis, menulis, dan menulis?

Yang paling sial, saya seperti kehilangan memori yang menyebabkan saya lupa, mana tugas yang harus saya prioritaskan. Karena yang prioritas sejak kenal dengan kompasiana, ya menulis. Prioritas yang kedua dan ketiga, juga menulis. Mungkin, kompasiana perlu menyediakan psikiater bagi kompasianer gilanya. Ya..kira-kira semacam ganti asuransi, ha...ha...

[caption id="attachment_85001" align="aligncenter" width="533" caption="tetap semangat....(google.com)"]

12956121401412126616
12956121401412126616
[/caption] Matorsakalangkong

Sumenep, 21 januari 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun