“ Sebuah KARYA BESAR terkadang muncul dari GAGASAN KECIL
Tapi KARYA KECIL tak akan lahir tanpa ada KEMAUAN BESAR”
Begitulah bunyi motto di banner ukuran 1x4 meter yang dipasang di depan tembok salah satu ruang kelas di sekolah kami, Madrasah Aliyah Nasy’atul Mutaallimin (NASA) Gapura Timur Sumenep. Banner dengan men-zoom sebagian kata-kata dalam motto itu dipasang sebulan sebelum Creative Student Day (CSD) digelar. CSD merupakan hari dimana setiap siswa MA NASA yang jumlahnya 320 diharuskan membawa karya pada hari itu.
[caption id="attachment_77025" align="aligncenter" width="300" caption="unjuk karya"]
[caption id="attachment_77022" align="aligncenter" width="303" caption="merayakan karya, pentas seni, dan presentasi"]
Satu setengah bulan sebelum CSD digelar, kegiatan ini sudah dikampanyekan kepada semua siswa. Pihak lembaga menyediakan hadiah besar untuk merangsang kreativitas siswa. Kreativitas yang akan dibuat siswa juga bebas. Madrasah tidak membuat tema agar siswa lebih leluasa mengeksplor gagasan kreatifnya. Cuma untuk memudahkan penilaian dibuat pengelompokan hasil kreatifitas dalam tiga karya, (1) karya tulis (artikel opini, cerpen, puisi, review kitab/buku) (2) karya seni (kaligrafi dan seni lukis) (3) kerajinan tangan (utamanya dari barbek atau barang bekas). Kreterianya juga sangat “sederhana”, (1) orisinil dan (2) inovatif.
Madrasah sangat serius menyelenggarakan CSD ini. Setiap saat panitia melakukan pertemuan untuk menyiapkan acara ini dengan baik. Terutama merumuskan strategi bagaimana siswa-siswi MA NASA juga serius menyambut CSD ini. Sebelum merumuskan strategi dirumuskan tujuan CSD ini yaitu, (1) mendorong siswa kreatif berkarya (2) merayakan dan menumbuhkan kebanggaan atas karyanya. Setelah tujuan CSD dibuat maka dicarilah strategi yang bisa mendorong tujuan itu tercapai. Panitia kemudian meracik bagaimana “suasana batin”CSD sudah mulai bergairah, sebulan sebelum CSD itu digelar.
Sebulan sebelum CSD dilaksanakan, panitia memasang 2 buah banner dengan motto sebagaimana di awal tulisan ini. Pilihan motto berdasar atas sharing yang dilakukan guru. Motto ini untuk menggugah siswa-siswi berkarya. Waktu satu setengah bulan relatif cukup untuk mempersiapkan diri melahirkan karya di rumah untuk kemudian dibawa ke madrasah pada hari H.
Kedua, menjelang setengah bulan pelaksanaan CSD di depan sekretariat ditempatkan papan informasi yang mengingatkan pelaksanaan CSD. Sementara jalan-jalan menuju sekolah dan di lingkungan sekolah dipasang umbul-umbul yang memberi nuansa beda denganhari biasa.
Pemasangan semua simbol di sini mengingatkan saya pada baliho besar yang dipasang oleh calon kepala daerah dengan maksud menjual citra. Dengan kata lain, penghadiran simbol-simbol itu dimaksudkan untuk merebut imagi siswa dan memalingkan perhatiannya agar CSD memperoleh tempat dalam ruang imaginya. Bedanya, citra yang hendak dibangun CSD dimaksudkan untuk mendorong lahirnya (keaslian) kreativitas. Sementara citra yang dibangun politisi, umumnya, dimaksudkan memeroduksi kepalsuan.
Ketiga, di hari H disediakan panggung “mimbar bebas”. Panggung ini menjadi tempat siswa memperesentasikan hasil karyanya, membaca puisi atau cerpen, atau hanya sekedar menyampaikan kesan terhadap penyelenggaraan CSD. Panggung didesain terbuka dengan dikelilingi kursi undangan yang dibentuk melingkar menjadikan suasana akrab dan setara. Hari H juga menampilkan “kesenian hadrah” yang dimainkan sendiri oleh siswa yang disambut meriah oleh undangan yang terdiri dari para guru, wali siswa, dan siswa sendiri.
Panitia dan dewan guru kaget. Senang. Bangga. Semua perasaan itu meluber mendapati hasil kreativitas siswa yang di luar perkiraan. Kehawatiran yang sempat menyergap panitia bahwa CSD akan ditanggapi dingin ternyata salah. Semua siswa telah memanfaatkan waktu satu bulan dengan sungguh-sungguh dan berhasil melahirkan kesungguhan karya pula. Melalui CSD ini muncul bakat-bakat luar biasa di hampir semua jenis lomba, misalnya, “piala” dan kaligrafi yang dibuat dari pelepah pisang, miniatur moge, tas berbahan koran dan tali rapia, artikel berbahasa Inggris, dan sebuah lukisan pemandangan yang indah.
Menurut catatan panitia dari 320 siswa terkumpul 269 karya meliputi opini/artikel 19 karya, cerpen 27, puisi 111, resensi 23, karya seni 15, dan kerajinan tangan 74 karya. Memang masih banyak siswa yang tidak ikut CSD. Bagi mereka tetap diwajibkan berkarya dan sebagai “hukumannya” karya mereka tidak diikutkan dalam lomba.
Dari jumlah 269 karya terkumpul, dewan juri melakukan penilaian untuk menyaring sepuluh besar terbaik di semua jenis yang dilombakan. Siswa yang masuk 10 besar selanjutnya harus mempresentasikan di depan juri terutama untuk mengetahui tingkat orisinilitasnya. Dari 10 besar kemudian diambil tiga terbaik untuk ditetapkan sebagai pemenang.
[caption id="attachment_77030" align="aligncenter" width="300" caption="lukisan dan miniatur rumah dari barbek"]
[caption id="attachment_77032" align="aligncenter" width="300" caption="pembuat piala dari pelepah pisang diwawancarai tv lokal"]
[caption id="attachment_77040" align="aligncenter" width="300" caption="gantungan mainan anak-anak"]
Ada beberapa hal yang bisa dicatat dari kegiatan CSD kali pertama tahun ini. Pertama, apresiasi siswa sangat luar biasa. Kegiatan ini ternyata mampu membebaskan siswa dari rutinitas belajar sehari-hari yang cenderung tidak menggairahkan. Dari pantauan dewan guru, para siswa di luar sekolah dan di rumah tak henti-hentinya mencari gagasan untuk melahirkan karya kreatifnya, mencari bahan, dan memulai berkarya.
Kedua, CSD ini mampu menjadi wadah untuk merayakan karya. Keberhasilan melahirkan karya ternyata menjadikan mereka lebih PD. Dari raut wajah nampak ada kepuasaan dan kebahagian. Muka berseri, senyum mengembang. Saya melihatnya, di pagi hari ketika hari H, mereka dengan bangga bersemangat membawa hasil karya mereka.
Ketiga, siswa dalam CSD tidak cuma berkarya, tapi juga ada kesempatan melatih diri mengartikulasikan dan mempresentasikan karyanya di hadapan banyak orang.Disediakannya panggung bebas dan keharusan mempresentasikan karyanya di hadapan juri mendorong siswa belajar mengartikulasikan gagasan sebagai cara meningkatkan keterampilan inter-personal mereka.
Untuk menjaga kebelanjutan siswa untuk terus berkarya, MA NASA akan mewadahi siswa dalam Komunitas Siswa Kreatif (Musik) yang saat ini sedang digodok desainnya. Komunitas ini akan dibentuk sebanyak jenis karya yang diperlombakan. Setiap komunitas nanti akan ada pendamping. Komunitas ini sangat diperlukan tidak saja untuk merawat dan mengembangkan kreativitas yang luar biasa dari siswa, tetapi juga agar CSD II tahun ini lebih kompetetifdan lebih kreatif. Semoga.
[caption id="attachment_77043" align="aligncenter" width="300" caption="calon-calon penulis merayakan karyanya"]
[caption id="attachment_77044" align="aligncenter" width="300" caption="tulisan dipajang di luar kelas"]
sumenep, 9 desember 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H