Terlahir dari keluarga yang biasa biasa saja (ekonomi kelas bawah) menuntut saya harus menempuh pendidikan di sekolah kejuruan, yang sebenarnya bukan sesuatu yang saya sukai.Saya lebih menginginkan SMA sebenarnya.Harapan orang tua, menyekolahkan saya di SMK adalah jelas, agar saya bisa langsung bekerja setelah lulus, tanpa harus mengenyam bangku pendidikan di perguruan tinggi terlebih dahulu.
Saya diterima di jurusan Teknik Kendaraan Ringan di Sekolah Kejuruan terbaik di kota saya (sekedar opini saja).Jujur, saya nggak tau apa apa tentang teknik.Tapi mau gimana lagi, sudah terlanjur dan sudah terlewati ketika saya menulis ini.Waktu itu nilai kelulusan saya gak bagus bagus amat, hampir sama dengan kebanyakan nilai nilai teman.Setelah lulus, saya berencana untuk bekerja hanya sampai dibukanya pendaftaran ujian tulis untuk masuk PTN.Saya akan keluar dari pekerjaan saya, apapun resikonya.Ini sudah menjadi kesepakatan saya dan orang tua.
Dan akhirnya saya bekerja di sebuah pabrik otoparts di Jawa Barat.Perusahaan besar yang menjual produknya kepada ASTRA.Siapa sih yang gak tahu ASTRA? Mungkin sebuah kebanggaan tersendiri bagi siapa saja yang dapat bekerja di sebuah perusahaan yang memakai embel embel ASTRA.Lalu bagaimana dengan saya? Do I feel happy ?TIDAK.Saya tidak mencintai pekerjaan saya.Sebagai lulusan SMK, mau tidak mau ya harus mau hanya menjadi seorang operator. Pekerjaan keras dengan sistem tiga shift, membuat saya tidak bisa menikmati kehidupan saya.Uang menjadi sesuatu yang tidak begitu bermakna bagi saya waktu itu.Namun saya selalu mencoba untuk bertahan, karena saya tahu, ini tidak akan lama.Hingga akhirnya di bukalah pendaftaran ujian tulis / Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.Semua persyaratan, sepertinya saya sudah beres, hanya tinggal mengikuti seleksi saja.
Sesuai dengan rencana saya, saya memutuskan keluar dari perusahaan.Mungkin bagi orang lain, ini sebuah keputusan yang konyol.Terbukti banyak yang heran dengan saya.Tapi bagi saya, ini sah sah saja.Saya lebih tahu siapa saya.Proses pengunduran diri saya berjalan lancar, tidak ada yang namanya denda atau apalah, yang jelas saya berhasil keluar dari kehidupan yang bukan AKU.
Saya pulang ke kampung halaman, dan hendak mengikuti seleksi di Yogyakarta.Saya memilih tiga prodi dari kelompok IPS.Psikologi UGM menjadi pilihan pertama waktu itu.Mungkin harapan saya terlalu tinggi.Tapi siapapun berhak bermimpi.Dan saya sangat penasaran dengan prodi ini.Diurutan dua dan tiga saya memilih UNNES dengan prodi PBSI dan BK.Untuk pilihan dua dan tiga ini , sebenarnya saya sama sekali tidak berminat di bidang ini.Ini hanya untuk jaga jaga saja, karena peminat tahun lalu tidak begitu banyak.Dari pada gagal kuliah ? Hayoooo....
Lalu akhirnya apa yang terjadi, saya jatuh di pilihan dua.Dan ini berarti UGM menolak saya.Ngelu sekali rasanya saat itu.Tapi seiring berjalannya waktu yang begitu lambat, saya mengambil jalan yang Allah takdirkan kepada saya, yaitu PBSI UNNES.Mungkin dengan jalan ini Allah akan menemani dan menuntun saya hingga tercapai tujuan saya.
Dan ketika saya menulis ini, saya sudah berada di Semarang.Masa PPA (Proses Pengenalan Akademik ) sudah usai.Masa masa yang sangat berkesan bagi mahasiswa baru Fakultas Bahasa dan Seni UNNES, karena kegiatan yang diadakan oleh kakak kakak senior yang luar biasa.Namun ada satu hal yang lebih dan paling berkesan bagi saya.Adalah cerita seorang mahasiswa baru tentang kesan kesan mengikuti PPA di FBS UNNES.Sebelum mendaftar di UNNES dia sudah diterima di jurusan pariwisata di UGM melalui jalur prestasi atau apalah namanya, saya kurang paham.Dan taukah kalian bahwa Pariwisata menjadi prodi terfaforit di UGM pada SBMPTN tahun ini.Namun kesan mahasiswa baru tersebut, sangat sangat tidak menyesal mengabaikan UGM untuk kuliah di FBS UNNES.
Yaaaa, siapapun berhak memilih jalan hidupnya.
Semoga kesuksesan ada pada diri kita semua.
????????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H