Mohon tunggu...
Khoyriyah Asadah
Khoyriyah Asadah Mohon Tunggu... Guru - Seorang wanita yang selalu bahagia.

Hidup ialah tempat untuk berencana dan mengimplementasikan. Kesuksesan ialah berhasil mengimplementasikan rencana untuk kebahagiaan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sinopsis dan Ulasan Karya Sastra

5 Januari 2014   12:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:08 2680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penulis : B. Soelarto

Tahun Terbit : Maret 2006

Cetakan : Pertama

Penerbit : Hikayat Publishing



Dalam buku yang berisi kumpulan naskah drama ini, terdapat empat naskah drama yang dapat sayabaca. Kumpulan naskah drama ini memuat “Domba-domba Revolusi, Gempa, Abu, dan Insan-insan Malang”. Kesimpulan dari kumpulan naskah drama ini memiliki kesimpulan naskah yang menceritakan revolusi, perang, dalam kemerdekaan. Kemerdekaan dalam hal apapun. Disini saya akan mengulas mengenai naskah drama yang berjudul “Gempa”, naskah drama ini memiliki cerita yang unik, cerita yang membawa suasa hati kita dalam latar cerita tersebut.

Dalam naskah drama yang memiliki lakon Letnan : Wanita usia 27 tahun yang memiliki jabatan letnan pada komandan kompi “Banteng”, Mayor : Pria usia 35 tahun yang memiliki jabatan sebagai mayor pada komandan Batalyon 013 “Laskar Gabungan”, Kapten : Pria usia 30 tahunyang memilki jabatan kapten pada komandan korni “Garuda Hitam”, dan Kopral : Pria usia 29 tahun yang memilki jabatan pada ajudan komandan kompi “Banteng”. Semua lakon dalam cerita ini membawa kita dalam segala apa yang mereka perbuat pada naskah tersebut.

Naskah drama yang berjudul “Gempa” menceritakan ketidak relaan pihak kapten dan mayor dalam bawahan kekuasaan letnan komandan kompi “Banteng” karena seorang wanita. Kapten menghianati kesepakatannya dengan mayor, kapten memanfaatkan mayor untuk kepentingan pribadi kapten. Dalam kekuasaan letnan, ia tetap memimpin dengan bijaksana walaupun suaminya sudah tiada akibat penghianatan kapten, suami beserta anak buahnya mati menjadi tumbal kapten dalam visinya. Walau pada awalnya letnan berada pada kuasa diri kapten, namun akhirnya tanpa diketahui, ajudan letnan membebaskan letnan dan kapten tersebut kalah. Namun, kapten tetap dengan antusias tetap ingin melawan. Dibuktikan dengan dialog kapten yang berbunyi.

“Kapten : Waspadalah kalian hai pewaris-pewaris revolusi yang setia. Aku akan senantiasa hadir sepanjang zaman. Waspadalah !”

Dan kapten tersebut benar-benar kalah setelah menerima tembakan dan hilanglah nyawa sang kapten. Namun disisi lain mayor tidak melakukan hal yang sama, mayor memilih jalan untuk berjalan dibawah kekuasaan letnan. Dan pada akhirnya letnan bekerja sama dengan mayor untuk mempersiapkan penggempuran tentara penjajah. line-height:150%;font-family:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun