Mohon tunggu...
Teuku Zulkhairi
Teuku Zulkhairi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/Dosen

Seorang manusia yang penuh kekurangan. Namun mencoba bersyukur atas banyaknya nikmat Allah Swt.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Belajar dari Erdogan dan Upayanya Membangun Turki

16 Agustus 2015   11:50 Diperbarui: 16 Agustus 2015   11:50 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah satu dekade silam Erdogan dan AKP memimpin Turki, Turki bangkit secara dramatis. Setelah itu berturut-turut AKParti menang dengan jumlah suara mutlak dalam pemilu Turki, suatu capaian yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah Turki lama. Partai Refah yang Islamis yang pernah memenangi pemilu Turki pun tidak pernah meraih suara sebanyak itu. Bahkan dalam pemilu legislatif tujuh Juni lalu, AKParti juga kembali menang melebihi 40 persen suara secara nasional, suatu capaian yang fantastis bagi suatu partai “Islamis” di negara yang secara resmi masih menggunakan sistem sekuler sebagai ideologi negara.

 

Lalu apa kunci Erdogan membangun Turki menjadi negara maju dan modern seperti saat ini? Inilah yang paling menarik dicermati muslim di Indonesia. Dalam perjalanannya, Erdogan paham betul persoalan mendasar Turki lama. Itu sebab, sejak awal kepemimpinannya, Erdogan langsung “memotong” urat nadi Tuan-Tuan Istanbul yang menjalankan praktek riba dan kapitalisme di tengah-tengah penderitaan bangsa Turki. Kapitalisme sesuai dengan prinsipnya memang selalu menjajah dan memenjarakan manusia, dan kapitalisme ini mengambil manfaat sangat besar dari sistem sekuler di negara Turki. Mengapa disebut mengambil manfaat, karena mereka tidak akan bisa menjalankan praktek kapitalisasi tanpa paham sekuler. Sekuler membenci kehadiran agama dalam negara, sementara Islam adalah sistem yang menentang sekulerisme karena berakibat pada munculnya kapitalisme. Itu sebab, suatu ketika dalam rekaman yang masih bisa kita saksikan di Youtube, Erdogan mengatakan: “Jangan mengaku Muslim jika pada saat yang sama anda mengaku sekuler”. Atau ungkapannya yang lain, “Sekulerisme telah gagal membangun Turki, dan kami akan segera menggantikannya”.

Setelah Erdogan berhasil “memotong” urat nadi Tuan-Tuan Istanbul ini, aliran kekayaan bangsa Turki, dari sebelumnya mengalir ke tuan-tuan Istanbul ini akhirnya bisa diarahkan ke pembangunan infrastruktur Turki, pendidikan dan sebagainya. Maka saat ini kita bisa menyaksikan Turki baru yang modern di segala bidang. Lebih dari itu, kini Turki juga mampu membantu negara-negara lain, sampai ke Indonesia. Lembaga pendidikan Turki hadir di berbagai negara. Bahkan, lihatlah NGO terbesar Turki seperti IHH, yayasan Sulaimaniya dan lain-lain, mereka hadir hampir di setiap negara untuk membantu masyarakatnya. Yang fantastis, dilansir dari berbagai sumber, Turki baru dibawah Erdogan telah melakukan lompatan ekonomi yang besar, dari rangking 111 dunia ke peringkat 16, dengan rata-rata peningkatan 10 % pertahun, yang berarti masuknya Turki kedalam 20 negara besar terkuat (G-20) di dunia.

 

Ini pelajaran penting bagi Indonesia. Bahwa jika Indonesia ingin bangkit seperti Turki, meskipun tidak semua metode mereka bisa kita pakai, namun setidaknya cara Erdogan membangun Turki dengan ‘memotong’ tangan-tangan Tuan-Tuan Istanbul yang kapitalis ini menarik dikaji. Sebab, sesungguhnya kita pantas bingung mengapa Indonesia yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) melimpah namun rakyatnya tetap miskin. Tentu saja, sebab terbesar adalah karena kita telah dimiskinkan oleh sistem kapitalisme. Kekayaan bangsa ini tidak didistribusikan bagi warga negara, melainkan hanya memperkaya pihak asing dan elit-elit tertentu yang terkoneksi dengan jaringan kapitalisme internasional.

Jikapun ada agenda pemberantasan korupsi di negara kita, maka fakta yang kita saksikan selama ini agenda tersebut selalu sarat dengan muatan politis. Agenda pemberantasan korupsi praktis tidak mampu menjangkau para kapitalis lokal-korporasi global yang secara jelas telah berperan dalam memiskinkan rakyat kita.  Maka tidak salah, jika kita simpulkan, metode Erdogan dalam membangun Turki adalah melawan system kapitalisme dan dengan meninggalkan sistem sekuler secara esensial, meskipun di permukaan Turki masih sebagai negara sekuler. Turki telah member bukti kepada dunia bisa bangkit dengan melawan sistem kapitalisme saat dimana Yunani juga member bukti hampir ambruk total oleh sistem yang sama. Wallahu a’lam bishsawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun