Pilgub dki sudah memasuki tahap pendaftaran, tercatat 3 paslon cagub/cawagub sudah mendaftar.
-pertama pasangan Agus/Sylvi maju diusung trio partai agamis, ppp, pan, pkb dan demokrat, didetik terakhir alias last minutes.
-kedua Anies/Uno, diusung 2 partai revolusioner, gerindra/pks
-ketiga ahok/djarot... huhhhh....diusung partai opportunist moncong puteh,golkor, nasidem,dan hanurah..
Yang terakhir mah gak banget dan diprediksikan nyungsep di putaran pertama..patokan gw berdasarkan demografi kependudukan dki-Jakarta, itu saja yg lain-lain mah, penentunya cuma 5%.
Oke anggap saja ahok sudah nyungsep diputaran pertama dan lanjut putaran ke dua yg maju pasangan Agus/Sylviana bareng Anies/Uno.
Pasangan ini dicintai sama banyaknya oleh warga dki, termasuk saya sendiri sedikit ragu harus pilih yg mana.
Kalau kasus semacam Nusron Wahid yang dukung Ahjrot, itu anomali dan transaksional, jadi dukung karena fulus dan itu sangat sedikit sekali jumlahnya.
Masalahnya keduanya oke banget, sementara pemenang hanya ada satu, jadi inilah yang membuat pemilih warga dki bingung, tapi sekaligus sangat antusias ingin memberikan suaranya pada dua pasangan ini.
Saya rasa harus antisipasi jangan sampai terjadi ada kecurangan,terutama dari pasangan petahana yg didukung 9 naga dan para partai opportunities.
Caranya disetiap tps, dan pengitungan suara harus ada CCTV 24 jam memantau jalannya pilgub makhlum saja duit bisa menggelapkan mata siapa saja, tuh contohnya korban penipuan dimas kanjeng, kan dari berbagai kalangan.
Begitupun pengawas partai, jangan terlalu percaya pada kader jika urusan yg krusial,seperti penghitungan suara,harus lebih percaya technologies, kader bisa disogok 5-7 juta banyak yg mingkem saat jadi saksi dan main oh yes aje tanda tangan walau melihat ada kecurangan tapi diam saja, dan menyetujui karena duit..
Jadi hati-hati dengan para kader yang tidak amanah dan penyusup,orang miskin bisa menjadi tidak amanah jika sudah melihat segepok uang, waspadalah..sangat mustahil pasangan ah-jrot bisa memenangkan pilgub, jika dilakukan secara fair..
So berhati-hatilah.. Wassallamah..!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H