[caption caption="Beli semur jengkol plus botok dan lontong dari pasar malam*)pic-sayeed kalba kaif"]
[/caption]Jumlah TKI di Saudi Arabia makin tahun semakin berkurang. Contohnya hari ini ada temanku yang dari Sukabumi, Jabar memutuskan resign pulang ke Indonesia selamanya. Bagaimana tidak berkurang, yang resign tiap hari banyak, yang datang bisa dihitung jari selama dalam kurun waktu 5 tahun ini.
Iya, sejak adanya moratorium pengiriman TKI khusus untuk sopir rumah dan PRT dihentikan, jumlah TKI di Saudi Arabia menurun drastis. Gembar-gembor katanya government kita hendak mengirim tenaga profesional hanya sebatas retorika. Mana bisa government kita merebut pangsa tenaga kerja profesional di Middle East dari tangan Philippines dan negara Asia Selatan (India, Pakistan, Bangladesh, Nepal dan Srilanka).
[caption caption="tempat parkir full oleh tki di pasar malam- jeddah,*)pic-sayeed kalba kaif"]
Ketika saya komplain itu tidak adil, orang Arab ini hanya ngomong karena PRT Philippines terikat dengan perjanjian kerja yang baru, sementara PRT dari Indonesia tidak ada lagi peluang kerja di Saudi Arabia. Jika ada perjanjian kerja baru, PRT dari Indonesia pun akan dapat gaji yang besar jika berani kirim.
Tapi walau jumlah TKI di Saudi semakin berkurang, para TKI tidak berputus asa. Mereka tetap mencari peluang tambahan dengan jualan makanan.
[caption caption="para tki main ke taman/khadikah pasar malam *) pic-sayeed kalba kaif"]
Salah satunya di district As Safa, Isarah Sari-Jeddah, dekat bundaran Handasah-Jangkar Penggaris. Di sini jika malam libur tiba, yakni malam Jumat dan malam Sabtu, banyak TKI yang jual makanan plus sayuran. Makanannya dominan sate ayam/daging, bakso, sop kaki kambing/sapi, gado-gado, nasi goreng, goreng tempe/tahu/cilok/cireng dll, serta minuman macam es teh manis, es campur, teh hangat dll..
Mereka jualan makanan di taman/khadikah sehabis sholat Maghrib hingga pukul 1-2 dinihari. Keberadaan mereka sudah cukup lama, bebas tidak bayar, hanya bayar uang kebersihan saja, selanjutnya tinggal bawa kompor dan gelar tikar, serta bawa makanan yang sudah dimasak dari rumah. Jika hendak ada yang beli, tinggal dihangatkan menggunakan kompor.
Para pengunjung dominan ya para TKI yang kangen masakan Indonesia, sekalian refreshing dan ngobrol-ngobrol sesama para TKI. Para penjualnya dominan sahabat kita TKI dari Madura-Jatim yang memang terkenal ulet jual makanan, serta beberapa TKW dari Jawa Barat yang bersuamikan orang Turkey (nikah resmi lho, anaknya cakep-cakep).
Keberadaan mereka lumayan baik bagi TKI untuk sekedar refreshing dari rutinitas bekerja di Saudi Arabia. Ada juga pengunjung dari Mesir, Sudan dan orang Arab sendiri, tapi orang luar ini bukan bermaksud beli makanan, tapi karena ingin menikmati malam libur sambil mengisap shisya (semacam tabung rokok) di taman sambil gelar karpet.
Beberapa minggu yang lalu, terkadang aparat Polisi, Baladiyah dan Mubais/inteljen agama sidak ke tempat ini dan biasa pada kabur/tutup. Ini jika ada isu ada TKW yang nakal bisa diajak macam-macam. Tapi biasa minggu berikutnya pada ngumpul lagi sudah biasa di sini kumpul makan-makan. Tapi sejatinya yang datang kebanyakan untuk refreshing. Yang diincar oleh aparat adalah jika ada TKW ngobrol dengan orang luar tapi tidak mampu menunjukkan surat nikahnya, bisa langsung masuk bui karena dianggap macam-macam.
[caption caption="para tki pada beli makanan di taman yg disulap seperti pasar malam *) pic-sayeed kalba kaif"]
Itu yang ditakutkan. Namanya orang banyak, tak bisa mengontrol satu per satu pengunjung agar mereka bersikap bijak. Tapi yang pasti sudah tau risikonya jika niat tidak baik.
Selebihnya pasar malam di khadikah/taman ini murni, hanya sekedar refreshing bagi para TKI untuk nongkrong dan beli makanan sambil bermalam liburan.
Wassallamah..!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H