Mengapa masalah aqidah penting?ya penting karena mereka para prt kerja dirumah/prt,bukan kerja kantoran/pabrik,kerja rumah ibarat kata apa kata majikan ya harus nurut,disuruh masak daging non halal ya harus nurut,kalau tidak bisa-bisa dipecat. Perlu diingat sebagai pemimpin,pembuat kebijaksanaan/aturan yang berlaku pada akhirnya suatu saat akan dimintai pertanggung jawaban diakherat kelak,terutama bagi yang beragama islam,apakah mereka tidak berfikir sejauh ini?dan tidak mencari solusinya? Jika memang mau fair mestinya negara hadir cukup dengan membuat UU atau rambu-rambu tertentu bukan seperti sengaja melarang prt bekerja dinegara arab/islam,tapi menggiring prt bekera ke negara asia pacfic yang umumnya non islam,seperti yang berlaku diera pemerintahan jkw ini.
Jika mau fair..bebaskan para prt menentukan masa depannya sendiri,mau kerja ke negara Arab ataupun asia pacifik,mereka tidak dipaksa,setidaknya dengan cara ini pemerintahan jkw jikapun berdosa tidak besar-besar amat,karena itu kemauan mereka sendiri/prt. Negara cukup hadir dengan segala UU dan perangkatnya,jangan terkesan pilih sana-sini dan menggiring kenegara tertentu sehingga berakibat aqidah yang beragama islam rusak,mereka kesana saat ini karena tidak ada pilihan lain,so mau apa lagi..!itulah yang tertangkap sejak dihentikannya pengiriman prt ke negara arab beberapa bulan yang lalu.
Dan satu lagi apa salah para tki/sopir Indonesia,mengapa mereka ikut-ikutan kena moratorium,padahal selama ini untuk sopir ke arab saudi,tidak masalah gaji juga ok,minimal 1500sr/bulan,sementara kerja formal kenegara asia pacifik,terkadang biayanya sangat mahal untuk tki laki-laski bisa sampai 30-35jt,hanya untuk bekerja selama 2tahun plus 1thn jika bagus,itu saja kena potong gaji 10bulan..apa gak modar..?
Semoga pemerintahan JKW kedepan dapat berbuat adil terhadap semua warganya,alias mampu mengakomodasi kemauan para warganya/calon tki. Belum lagi iklan dari negara asia-pacifik yang terkesan racis misal java maid-lah,Indonesia maid-lah dalam berbagai version,mungkin ada juga yang dalam versi bahasa sang majikan asia pacific hanya saja kita tidak tahu..! Wasallamah..!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H