Mohon tunggu...
Jejep Falahul Alam
Jejep Falahul Alam Mohon Tunggu... -

Aku adalah seorang yang hobi mencari sesuatu yang baru. Dan selalu berusaha menjadi cahaya dalam kegelapan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pelajaran Hidup

4 Februari 2016   00:08 Diperbarui: 26 April 2018   23:37 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Jejep Falahul Alam

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita sering dihadapkan pada suka dan duka. Namun yang sering dikeluhkan ketika hidup menderita dan iri terhadap kesuksesan orang lain. Rasa dan sikap itu sangat manusiawi. Tapi jika disikapi secara berlebihan akan berdampak negatif pada kehidupan kita. Pengalaman itu seperti dialami saya pribadi, dan tidak menutup kemungkinan dialami semua orang. Terkadang saya merasa iri ketika melihat teman atau para pejabat yang memiliki rumah mewah di luar batas kewajaran, mobil melimpah, motor tidak terhitung, uang tidak berseri, serta harta kekayaan lainnya yang melimpah. Terbesit dalam pikiran dan bertanya tanya darimana uang itu didapat? karena secara logika pendapatanya bisa diukur secara matematis.

Akhirnya saya berprasangka buruk,  bila semua kekayaan itu dapatkan melalui jalan tidak benar. Pendapat itu bisa benar, bisa juga salah. Tapi akhirnya daripada pusing memikirkan orang lain, yang belum tentu orang itu memikirkan kehidupan saya, maka saya melupakannya. Namun di tengah perjalanan ketika otak saya terkuras memikirkan persoalan itu, saya melihat seorang kakek yang sudah lanjut usia, tengah berdagang pisang berkeliling kota Majalengka dengan cara berjalan kaki.

Dengan penuh semangat dan kerja keras, kakek itu tidak pernah berkeluh kesah dan selalu mengumbar senyum. Dia berangkat pagi dan pulang pada malam hari meski barang dagangnya sepi pembeli. Lalu kisah lainnya, ketika mengingat cerita teman saya, bahwa temannya sebelum sukses hidupnya sangat memperihatinkan. Kondisi ekonominya terbilang sangat pas pasan. Namun berkat kegigihan, keuletan, motivasi, semangat ingin merubah nasib, akhrinya ia membuka usaha baru. Seiring berjalanya waktu usaha maju dan suksea hingga mendapatkan penghasilan setiap bulannya Rp 10 juta. Dia mendapatkan uang itu dari laba usaha minuman yang dikelola secara profesional hingga menarik konsumen. Usahanya semacam teh botol, teh kotak, dan teh-teh sejenisnya.

Berkaca dari dua kehidupan yang berbeda itu, saya akhirnya sadar dan mendapatkan pelajaran sangat berharga. Ternyata masih ada orang yang lebih sengsara hidup dari saya. Sehingga hidup harus disyukuri. Dalam artian tidak bersikap pesimistis dan pasrah terhadap keadaan. Kalau melihat dan mengukur harta jangan pernah melihat ke atas,
karena tidak pernah ada ujungnya. Setiap ada orang kaya, pasti ada yang lebih kaya. Ibarat pepatah, diatas langit pasti ada langit. Jadi jangan merasa sombong atau rendah diri. Tapo harus bersikap rendah hati (tawadhu). 

Kita harus menyakini bahwa yang merubah nasib baik dan buruk itu diri kita sendiri. Bila kita bertekad ingin merubah hidup menjadi lebih baik?, maka lakukanlah semua itu dengan penuh pengorbanan, kesabaran, keikhlasan, serta usaha yang maksimal. Sebab menilai orang sukses, harus dilihat prosesnya, bukan hasilnya.Karena diyakini, ketika orang telah menggapai sukses, itu telah melalui berbagai rangkaian penderitaan, hingga ujungnya mengalami manisnya kehidupan.Tentunya kerja keras, disiplin, dan memohon pertolongan ilahi rabbi melalui shalat wajib, shalat tahajud, dhuha, rajin bersedekah, maupun puasa sunah, biasanya  tidak pernah terlewatkan bagi orang muslim yang sukses tersebut. Rejekinya pun biasanya terus mengalir dari arah yang tidak disangka-sangka dan mengandung keberkahan. Karena antara usaha dan do'a berjalan seirima. 

Pelajaran berikutnya, bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara dan hanya tempat persinggahan. Orang kaya maupun miskin, hidup tidak pernah abadi. Pasti akan mengalami kematian baik di usia muda maupun tua. Buktinya, orang yang dulunya berkuasa pada zamannya, sekarang dia telah kembali ke tanah. Begitu pula semua makluk hidup lainnya yang bernyawa, pasti akan mengalami kematian, hanya tinggal menunggu giliran (waktu),  sebab kematian itu rahasia Allah SWT.

Bila ditarik kesimpulan, ternyata salah satu hidup bahagia adalah kesederhanaan. Di zaman now ini memang sulit ditemukan kesederhaan, karena setiap orang ingin terllihat kaya, meski kenyatanya tidak, hanya demi mempertaruhkan gengsi. Padahal tindakan itu hanya akan mempersulit dan menyiksa diri. Kita semua hidup punya peran yang telah ditetapkan Tuhan. Entah itu kaya atau miskin, semua bisa berubah di esok hari. Karena roda kehidupan berputar. Jadi,  jangan sampai diri ini lelah sampai tua iri terhadap orang lain dan dibutakan  urusan dunia, sampai lupa pada kebahagiaan sejati akhirat nanti. Mari kita bersama-sama dari sekarang, jangan merasa terbakar dan iri melihat harta orang. Jangan mudah emosi mendengar hinaan. Tetaplah syukuri maka kebahagian akan kita miliki secara "abadi". Terakhir, memang apa yang saya tulis ini mudah diucapkan, namun sulit dilaksanakan. Tapi mudah-mudahan pengalaman ini dapat memberikan manfaat bagi pribadi saya pada khususnya, umumnya yang membaca tulisan ini. Semoga kita hidup ini bisa memberikan manfaat dan selamat dunia dan akherat. Aamiin. ***

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun