Mohon tunggu...
Gatra Maulana
Gatra Maulana Mohon Tunggu... lainnya -

warga semesta yang sekedar ikut etika setempat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Memaknai Hidup Dari Sudut Pandang Pesakit

11 Mei 2015   21:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:09 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

secara tiba-tiba tubuhku mulai memanas, hidungku terasa seperti tersendat saluran mampet, kepalaku terasa seperti tertusuk anak jarum. baru sadar teranyata aku sakit. entah sakit apa ini, secara fisik aku  sekarang sedang lemah, namun jiwa ini tetap bugar, bahkan lebih tenang dari gunung, lebih enjoy dari pantai. hal demikian tidak seperti biasanya, bahkan ketika fisik sedang sehat namun terkadang jiwa yang sakit.

barangkali, seperti kata orang-orang, hidup ini harus butuh keseimbangan. antara jiwa dan badan harus balance. artinya, fisik harus di pupuk dengan makan-makanan yang bergizi dan berprotein atau dengan rutin berolahraga. begitupun dengan jiwa, harus senantiasa disiram dengan kasih sayang dan kebaikan. jika keduanya antara jiwa dan badan sudah seimbang mungkinkah keseimbangan itu akan menghasilkan makna-hakikat kehidupan ? belum  tentu!

setiap orang menginginkan badan yang sehat juga jiwa yang tenang. namun sayang sekali, ketika kebahagiaan hidup telah didapat dari kesehatan badan dan ketenangan jiwanya. di sana masih banyak orang-orang yang belum bisa memkanai hidup ini secara utuh. kufikir. keutuhan hidup ini hanya akan didapat bagi orang-orang yang mau merasakan semuanya, seperti ; rasa sakit, sehat, kecewa, bahagia dll. sebagaimana hidup ini bukan hanya tentang wacana kebahagiaan. melainkan bagaimana sebuah kesedihanpun dapat melahirkan kebahagiaan.

bukankah ketika kita terabrak berbagai karang kehidupan jiwa akan kembali pulang dengan tenang ?

bukankah ketika kita sedang dalam kesedihan, berkat air mata yang kita tumpahkan lalu kita merasakan ketenangan yang luar biasa ?

bukankah ketika kita sedang terkena penyakit (fisik) lalu setelah pudar penyakitnya, kita merasakan rasa sehat yang begitu manis ?

lalu masihkah kita beranggapan bahwa hidup ini begitu kejam ?

kekejaman hidup ini bukanlah diakibatkan karena Tuhan tak adil, melainkan karena kita jarang berfikir bahwa hidup ini ada dua sisi yang mesti kita cicipi manis dan pahitnya. dengan kita mau mencicipi keduanya, maka kita akan menemukan suatu jaringan yang jelas di kepala, suatu kesadaran yang akan melompati batas-batas belenggu dan melahirkan keutuhan hidup yang begitu terang. bukan semata-mata hidup harus melulu tentang bagaimana cara mencari kebahagiaan, tetapi dalam keadaan sedih pun kita harus mampu memandangnya dari sisi lain sebagai pelengkap realitas kebahagiaan yang sebenarnya.

mamaknai hidup dari sudut pandang pesakit bukanlah hal yang mudah, karena ketika seseorang sedang sakit, selalu terkondisi melompat-lompat kesakitan dan keluh-kesah, tidak mau menerima kenyataan yang sedang di alaminya atau tidak berusaha sabar dan tawakal atas apa yang dideritanya. padahal jika mau sejenak merenungkannya, terciptanya sebuah kesehatan dan kebahagiaan selalu berangkat dari rasa sakit.

jika kamu jadi air maka aku jadi apinya

jika kamu jadi malaikat maka aku jadi iblisnya

semuanya saling melengkapi

jika hanya ada api saja tak ada air

jika hanya ada air saja tak api

di sinilah titik terliar kehidupan

dimana, dunia ini takan pernah hidup

dalam sakitnya

dalam bahagianya

itulah kita

senantiasa keduanya saling bekerjasama

menciptkan realita

---------------------------------------

sumber photo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun