Mohon tunggu...
Gatra Maulana
Gatra Maulana Mohon Tunggu... lainnya -

warga semesta yang sekedar ikut etika setempat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Ingatlah Janji Orang Tua Dan Jangan Berdusta

19 April 2015   21:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:54 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429452657724523711

bilamana malam tengah berbaur dengan segumpal kemungkaran atau terkurung dalam kurungan nafsu, berilah jeda waktu untuk merefleksi perjalanan hidup ini, sebab jalan buntu teramat banyak, tak ada jalan yang lebih terang kecuali jalan Tuhan.

***********

seperjalanan hidup di tengah kota yang berhias pernak-pernik plastik barang-materi, hanya bisa berselimut waspada sebagai sandaran utama agar tak tergoda. sebab, ramuan manisnya hodenisme yang tak pernah lelah dalam menyulam tawa dan menari-menari di segelas air  keras, demikianlah perihal yang sudah menjadi barang lumrah bahkan sudah menjadi makanan halal bagi mereka yang ingin menikmati hidup dalam kumbangan kesenangan.

berbondong-bondong penduduk dari kampung yang tengah merantau ke kota bertujuan untuk  mengemban ilmu di suatu lembaga institusi (universitas), suatu lembaga yang konon dapat meningkatkan kualitas pemikiran serta didikan dan pengajaran kampus menjadikan seorang mahasiswa dapat merubah pola fikirnya yang lebih luas dan maju. namun, kenyataan jauh berbeda demikian, ajaran yang di sampaikan sangat jauh terhadap nilai-nilai kehidupan, tempat (universitas) dimana seharusnya mahasiswa dapat mengembangkan daya fikir kreatifnya atau seharusnya mahasiswa lebih nakal dalam menuangkan gagasannya, tetapi sebuah sistem mensekatnya dalam bingkai formalitas, cenderung lebih unggul memaknai ilmu sebagai paramater angka/hasil, bahkan sebagian besar mahasiswa hari ini cenderung lebih apatis terhadap nilai-nilai penting yang terkandung dalam kehidupan bermasyarakat.

kita tak perlu menyalahkan siapa-siapa, tak perlu juga khawatir akan masa depan mahasiwa, meski tak siap pakai, meski koneksi pendidikan terhadap pekerjaan masih terbilang ragu bahkan tidak sedikit selepas lulus, mahasiswa langsung loncat ke pagar perusahaan (pekerjaan) dan hal itu jarang sekali terjadi. yang perlu di sadarkan adalah tentang janji suci orang tua kepada anak yang di saksikan Tuhan secara langsung. bukankah kita dulu sebelum menjadi mahasiwa dan pergi merantau ke kota, orang tua selalu menitip pesan-janji entah tersurat maupun tersirat, seperti  halnya: "jagalah dirimu baik-baik di sana nak, belajarlah yang rajin, biasakan untuk selalu berdoa kepada Tuhan, jangan sampai kau kecewakan kami, ayah dan ibu hanya bisa membantu dengan memberi bekal materi untuk kau menuntut ilmu di sana, ingat nak, janji ayah dan ibu", kurang lebihnya begitu ketika orang tua selalu was-was terhadap anaknya yang jauh dalam perhatian dan bimbinganya.

namun, adakah di antara kita yang tidak berdusta terhadap pesan dan janji orang tua ?

ketika lampu kota mulai menyala dan burung kembali pulang dalam sangkarnya serta matahari tengah ternggelam di barat hal ini kerap sekali membuat hati orang tua menjadi berat, berat terhadap kekhawatiran anak-anaknya yang jauh dari pelukan hangatnya. demikianlah, perasaan orang tua tak pernah tenang selalu gelisah mempertanyakan keadaan anaknya. doa-doa yang tersulam dari jahitan yang tulus, kerap mendesak Tuhan agar menjaganya dalam keadaan dan dimanapun anaknya berada.

berbekal materi yang di berikan orang tua, terkadang kita gunakan dengan cara-cara yang tidak halal, menyimpang dari nilai-nilai kejujuran. terlebih lagi, budaya di kota menuntut kita untuk belajar bagaimana jadi manusia konsumtif yang sejati, mengajarkan bagaimana menajadi manusia yang baik dalam hal kebohongan. beragam permaianan-fasion-kosmetik-makanan dll. membuat raga kita tergerak untuk menikmati kelezatanya. bahkan tidak sedikit mahasiwa hari ini indentitasnya tengah di letakan pada kelompok yang bergengsi, cenderung mengedepankan tampilanya ketimbang otaknya. sebuah iman kerap di obral dengan harga murah, di perjual belikan tanpa memperdulikan pesan-pesan atau janji orang tua kepada kita. seberapa sering kita tengah berdusta kepadanya, seberapa besar kita menghianati kepercayaanya, kita lupa terhadap konsteks/tujuan awal bercita-cita untuk menjadi orang besar dan tak mengecewakan hati orang tua, kita tengah menenggelamkan tujuan awal hanya karena gengsi terhadap teman, gengsing terhadap budaya, bahkan kita gengsi dengan kenyamanan yang di berikan oleh keremangan cahaya dan segelas minuman keras.

sebelum api berkerja lebih liar atau setan berkerja lebih pintar, berikanlah jeda waktu untuk mengingat-ingat pesan-pesan moral orang tua, kenalilah lebih dekat diri kita yang sebenarnya, ingat konteks awal yang dulu kita cakapkan sebelum merantau ke kota. jangan jadikan kenyamanan dan kesenangan sebagai buah dusta hingga akhirnya Tuhan tak sudi merestui nasib baik masa depan kita.

salam hangat pencinta kompasiana

********

sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun