Tidak pernah terbesit dipikiran saya untuk menuliskan tentang JOKOWI dikompasiana ini, apalagi sampai terjebak dalam istilah hater&lover. Saya hanya menjadi pengamat amatiran tentang bagaimana kiprah JOKOWI melalui tulisan-tulisan tentangnya baik dimedia cetak maupun berita-berita di TV. Namun minggu malam ketika tiba-tiba hujan menerpa kota Yogyakarta saya mampir di angkringan (warung khas Yogyakarta yang menyediakan jajanan & minuman murah).Dan di angkringan inilah pembicaraan tentang DARAH ini dimulai, bersama pak Jan pemilik angkringan, ayah empat anak dan empat cucu ini telah berumur 58 tahun lebih.
Semua bermula dari tempe goreng yang saya makan ukuranya semakin kecil, dan pak Jan pun berkeluh-kesah, Â Â mas mulai besok senin sampai tiga hari kemudian saya tidak jualan tempe goreng lagi, soalnya pengusaha tempe berhenti berproduksi karena harga tempe membumbung tinggi, dan mulai besok mereka akan berdemonstrasi (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/13/09/08/mst8n0-pengusaha-tahutempe-yogya-ikut-mogok-besok).
Saya heran mas, kenapa harga tempe kok bisa menembus 10.000 per kg, makan tempe itu udah mendarah daging dan menu wajib bagi kami, selain harganya murah dan bahan-bahannya alami dari kacang kedelai para petani kita. Nah sekarang tempe menjadi barang yang mahal dan susah didapat. Saya heran melihat pemerintah kita, bukannya kita ini negara agraria harusnya kacang kedelai menjadi perhatian yang serius sebab itu menyangkut kubutuhan pokok masyarakat, saya kadang bingung peran dan fungsi menteri pertanian kita apa ya??? Ironisnya sudah kacang kedelai di Impor dari luar negeri harga kedelai tetap aja selangit, saya hanya bisa geleng-geleng kepala mas, katanya kita memiliki menteri perdagangan dan perindustrian tapi tidak ada efeknya sama sekali bila keadaan seperti ini,
Bapak empat anak ini pun mengisahkan , bagaimana era Soeharto keadaan harga-harga sembako bisa terjangkau, beliau mencoba membandingkan era zaman itu dengan era seolah-olah Reformasi yang sedang berlangsung ini ternyata lebih parah.Namun saya kemudian berpendapat ,bahwa zaman otoritarian Soeharto tidak lah lebih baik dari zaman sekarang namun era sekarang  yang disebut seolah-olah Reformasi itu tidaklah kalah sengitnya dari rezim-rezim sebelumnya, kegagalan reformasi adalah kegagalan pelaku-pelakunya (pejabat Negara) dalam mengelola pemerintahan, namun spirit tentang reformasi itu harus kita apresiasi, sebab dengan reformasi banyak hal yang telah berubah bagi kemajuan bangsa.
Diskusi dengan kakek empat cucu ini berujung terhadap siapa presiden kita tahun 2014. Dengan tegas ia mengatakan JOKOWI, dan saya pun agak kaget, kupikir dia akan memilih Prabowo Subianto, sebab mungkin saja ia merindukan sosok di eranya dulu. Kakek ini beralasan Prabowo itu tidak ada prestasinya yang bisa dibanggakan dalam urusan kesejahteraan rakyat, mana ada, dia hanya mengurusi masalah militer, dan malahan tersangkut pelanggaran HAM din timor-timor dan penculikan mahasiswa, mana bisa menjadi presiden penjahat seperti itu, soal dia koar-koar masalah ekonomi kerakyatan itu kan karena dia mau nyalon presiden aja dan numpang nama ayahnya , selama ini dia malah sibuk membangun bisnisnya aja, lihat HKTI apa nasib petani udah lebih baik hari ini. Sementara JOKOWI baru sebentar aja memimpin Jakarta sudah banyak perubahan dan membela benar-benar rakyatnya, lihat bagaimana KJS, PKL dan banyak yang lainnya, dan di SOLO pun dari kabar yang saya dengar sewaktu dia masih jadi walikota juga memikirkan kepentingan rakyatnya. Nah orang-orang seperti inilah yang layak jadi PRESIDEN, kami ini nak, tidak butuh cing-cong, janji-janji, simpati, pura-pura agamais, promo di TV dan tetek bengek lainnya. Yang kami inginkan adalah kami bisa makan dan di wongke (dimanusiakan), dan itu saya lihat ada dalam diri JOKOWI.
Kemudian kakek ini berkata lagi kalau tidak JOKOWI terus siapa lagi coba, bu Megawati????, ya sudahlah, sudah sekian kalinya nyalon tapi tetap aja kalah, Megawati itu memang anak Soekarno, tapi ingat dia hanyalah anak biologis Soekarno bukan anak Idiologisnya Soekarno makanya tidak semua pengagum Soekarno milih PDI-P dan bu Megawati.Bagaimana dengan tokoh-tokoh lama lainnya seperti M.Kalla & ARB??? Untuk pak Yusuf Kalla, ya kupikir bagus juga, dia punya banayak prestasi bagi Negara ini, tapi itu lho back ground pengusaha itu yang membuat ragu, yang namanya pengusaha tidak bisa lepas dari istilah Untung dan Rugi, kan repot kalau penyelenggaran Negara di dasari pada untung dan rugi.Sementara ARB, itu mah maksa sekali mas mentang-mentang punya TV promosi terus padahal Lumpur LAPINDO aja belum beres diselesaikan, bagaimana mau jadi presiden apalagi dia juga back groudnya Pengusaha.
Sebenarnya Mahmud MD mungkin bisa juga mas, tapi pengalamannya dipemerintahan masih minim, mungkin cocoknya jadi wakilnya JOKOWI kali ya. Kalau Dahlan Iskan , wah ini juga pengusaha yang beruntung, padahal masalah listrik tetap aja bermasalah, BUMN barusan juga tambah bermasalah, jadi saya ragu aja mas, pokoknya yang namanya pengusaha perlu hati-hati beda tipis sama para politiku-politikus hitam kita.
Intinya mas, kita ini butuh presiden yang benar-benar tulus membela rakyatnya, kita sudah capek dan banyak kecewanya mas sama pemerintah, kebanyakan kotor semua,hanya memikirkan dirinya dan golongannya, kalau pun ada yang memihak orang kecil, hanya segelintir orang saja. Sudah 13 tahun lebih reformasi keadaan kami orang kecil ini malahan semakin susah hidupnya, Sementara mereka yang mengaku sebagai pengurus negeri ini malahan justru penyebab susah dan sengsaranya kami rakyat kecil ini. Saya secara pribadi tidak ingin hasil-hasil yang diciptakan pemilu 2014 sama dengan sebelumnya. Harapan tentang presiden yang bekerja tulus untuk rakyatnya begitu kami harapkan,akan kami doakan, sebab kami percaya doa-doa dan harapan itu ada pada JOKOWI, bila perlu DARAH pun saya TUMPAHKAN, dengan nafas tersengal kakek ini berkata begitu.
Saya hanya terdiam, tidak ingin bertanya lagi,apa maksud kata-katanya itu.  malahan saya seolah melihat JOKOWI di pelupuk mata bapak ini (Itulah hebatnya sebuah HARAPAN). Namun yang jelas, masyarakat memang mendambakan  presiden yang mampu memanusiakan mereka, bukan diperlakukan seperti komoditi, sampah apalagi binatang.
Dan sepertinya saya pun mulai "terprovokasi" menjadi JOKOWI Lover (ha..ha..ha)
Disudut Angkringan Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H