Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri merupakan moment yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Di Indonesia, momentum Hari Raya tersebut tidak hanya untuk melengkapi ibadah puasa sebulan penuh. Tapi juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bersilaturahmi ke sanak saudara, kerabat dan teman sejawat.
Bagi yang merantau, menjelang Lebaran ada sebuah tradisi yang selalu dijalani yaitu pulang kampung atau mudik. Orang Minang atau lazim disebut orang Padang juga tidak melewati momen ini. Apalagi, etnis ini memang dikenal sebagai suku perantau dari zaman dahulu sampai sekarang.
Daerah rantau suku Minang tersebar dari luar Provinsi hingga mancanegara. Makanya jangan heran, dikampung-kampung pada hari biasa cukup sepi. Namun menjelang Hari Raya Idul Fitri kampung tersebut akan menjadi sangat ramai dan macet.
Setiap Hari Raya Idul Fitri, orang Minang perantauan terlebih dahulu bermusyawarah bersama komunitas Minang didaerah rantau tersebut. Tema musyawarah tersebut berkisar perencanaan mudik, apakah akan ‘Pulang Basamo’ atau tidak. Biasanya, program Pulang Basamo itu telah tersusun jauh hari, tergantung komunitas masing-masing, ada yang Pulang Basamo 1 X 3 tahun dan ada pula yang hanya dua tahun.
 Menjelang mudik mereka menggelar rapat persiapan. Pada rapat tersebut ditentukan apakah cukup dengan memakai mobil milik pribadi atau perlu menyewa bus. Tapi seringkali dalam acara Pulang Basamo itu mereka menyewa bus yang diperuntukan bagi anggota yang tidak memiliki mobil atau enggan bawa mobil. Biaya sewa bus, BBM dan sewa sopir dikutip dari peserta Pulang Basamo.
Dan tak jarang pula, perantau yang mempunyai kelebihan rizki tetap menyumbang meski mudik dengan mobil sendiri. Tak jarang pula mereka mudik dengan gratis karena biaya sewa bus ditanggung oleh donatur atau pengusaha yang berasal dari anggota komunitas atau organisasi tersebut.
Pola mudik tersebut telah diterapkan puluhan tahun silam. Di daerah-daerah yang persatuan perantaunya kuat tradisi Pulang Basamo itu masih ada sampai saat ini. Makanya jarantg sekali orang Minang pulang kampong membawa sepeda motor karena beberapa alas an yaitu soal jarak dan tingkat keselamatan.
Mudik dengan sepeda motor memang irit tapi resikonya sangat besar. Ada baiknya, pemudik yang kaya memberi tumpangan kepada kerabat atau temannya. Tapi apabila tidak memungkinkan ada baiknya pemudik dengan tujuan daerah yang sama patungan untuk menyewa bis karena tidak hanya mengirit biaya pulang kampong tapi juga untuk menjaga keselamatan jiwa dan menjadi mudik selamat bagi para pemudik.
Ada baiknya juga pemudik meniru mudik selamat ala orang Padang karena orang Minang cukup berpengalaman dalam hal pulang kampuang dan merantau. Semoga Lebaran tahun ini menjadi mudik selamat bagi seluruh masyarakat Indonesia yang merayakan Idul Fitri dan semoga kinerja Kemenhub  http://dephub.go.id/welcome#1 pada lebaran kali ini semakin oke..!!
http://mudikgratis.dephub.go.id/frontend/web/
https://www.facebook.com/jefrih3
https://twitter.com/JefriNeger
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H