Mohon tunggu...
Jauhary Fahmi
Jauhary Fahmi Mohon Tunggu... -

Bicara Objektif Lewat Coretan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masihkah Indonesia Agraris?

12 April 2012   11:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:42 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Indonesia, yang sebagiaan rakyatnya bermata pencarian sebagai seorang petani" dari kalimat itulah awal gelar Negara Agraris melekat dan dekat dengan bangsa ini. Tapi itu adalah kalimat warisan dari kakek nenek saya di masa lalu, sekarang, saya merasa gelar ini tak lagi selaras dengan keadaan bangsa ini. Bangsa ini seolah kehilangan keahliannya dalam bertani, negeri yang dulunya menajdi guru-guru besar negara lain dalam bercocok tanam sekarang malah menajadi pengemis bahan pangan dan buah-buahan.

Masih pantaskah kita menyandang julukan sebagai negara agraris? dimana kentang dan gula pasir menjadi komoditi impor terbesar dari negara ini, negara agraris yang lahan - lahan pertanian berubah menjadi mol-mol bertingkat dan perkebunan sawit yang hasil kebunnnya menjadi hak milik tuan yang berwajah asing.Belum lagi perampokan lahan-lahan pribumi dan sengketa tanah agraria kita yang seolah pemerintah negeri pertanian tidak pro kepada jati diri bangsannya, dengan menutup mata dan menyerahkan sengketa ke hukum yang berlaku di negara ini. Ya Hukum Negara ini, yang kita ketahui bersama kedudukannya.

Masih pantaskah adik-adik di sekolah kita di beri pengetahuan tentang negara agraris dimana para petani-petaninnya tersandera oleh keharusan bayar sewa kepada pemilik lahan yang bukan sebangsanya? harus sampai kapan kita mencekoki pikiran generasi-generasi penerus ini dengan kebohongan kalau negara ini adalah negara agraris.

Apa karna kita adalah negeri dengan garis pantai terpanjang di dunia? yang hasil lautnnya menjadi komoditi ekspor favorit, sedangkan ampas pengelolaanya menjadi santapan para pribumi? Saya memang berasal dari negeri yang tak masuk akal. Negeri dengan tanah yang subur namun sama sekali tidak mampu menyejahterakan rakyatnya. Negara agraris yang bahkan lulusan Institut Pertaniannya lebih suka jadi wartawan daripada jadi petani, negeri bergaris pantai terpanjang di dunia program eksplorasi pantai baru dicanangkan beberapa hari lalu……negeri yang lautannya membentang di sana sini namun seumur-umur teman-teman saya yang bapaknya nelayan saja tidak tertarik untuk juga menjadi nelayan. Negeri yang hukum dan keadilan bisa disesuaikan dengan kalimat “Damai aja ya pak,”

Saya jadi sedikit merasa malu kalau negeri ini masih menyandang julukan Agraris, tak ada pencapaian luar biasa dari pengembangan lahan pertanian kita, bahkan ruang kerja pejuang-pejuang pertanian menjadi semakin sedikit karna alasan yang saya sudah utarakan di atas. Julukan yang bertolak belakang dengan keadaan iklim pertanian kita di masa sekarang. Lalu apakah masih pantas Indonesia di sebut Negara Agraris?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun