Mohon tunggu...
Jansori Andesta
Jansori Andesta Mohon Tunggu... Wiraswasta - aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nasib Sekuntum Bunga

8 Juli 2023   21:53 Diperbarui: 8 Juli 2023   21:55 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tertunduk sekuntum bunga
diam membisu
letih menanggung malu
dan rasa pilu
yang menumpuk menggunung
tiada lain karena nafsu
tertipu diri segala rayu
dendang nyanyian kumbang nan jalang
berhidung belang
licik bertopeng manis lelaku

teramat malu
selepas semua nyanyian rayu
pecah mahkota
dihempas sudah gejolak nafsu
sedang sang kumbang
berlalu saja tanpa ba-bi-bu
terbang melenggang dengan segala dendang
tiada lain
mencari kuntum bunga yang baru
sebagai korban rayuan tipu

aduhai nasib sekuntum bunga:
sansai sungguh
rapuh jiwa retak seribu
patah tangkai
tak lagi mampu tahankan malu
terpupur kelompok
di lumpur duka
hilang indah
hilang pula manisnya madu
hilang seluruh

dan kini,
berharap hanya sepasang tangan sudi terulur
pun sekadar hanya jadi pelipur

Muara Bangkahulu, 8 Juli 2023

Baca juga: Nasihat Dalam Hati

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun