Tertunduk sekuntum bunga
diam membisu
letih menanggung malu
dan rasa pilu
yang menumpuk menggunung
tiada lain karena nafsu
tertipu diri segala rayu
dendang nyanyian kumbang nan jalang
berhidung belang
licik bertopeng manis lelaku
teramat malu
selepas semua nyanyian rayu
pecah mahkota
dihempas sudah gejolak nafsu
sedang sang kumbang
berlalu saja tanpa ba-bi-bu
terbang melenggang dengan segala dendang
tiada lain
mencari kuntum bunga yang baru
sebagai korban rayuan tipu
aduhai nasib sekuntum bunga:
sansai sungguh
rapuh jiwa retak seribu
patah tangkai
tak lagi mampu tahankan malu
terpupur kelompok
di lumpur duka
hilang indah
hilang pula manisnya madu
hilang seluruh
dan kini,
berharap hanya sepasang tangan sudi terulur
pun sekadar hanya jadi pelipur
Muara Bangkahulu, 8 Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H