laki-laki tua menuntun gerobak tua
membawa karung-karung tua
menampung barang-barang usang
juga sisa-sisa
yang sengaja dan harus menjadi sisa
terbuang saja persis tanpa sepeser harga
terseok langkah, berjalan perlahan saja
berat menanggung segala beban
yang bertambah
dan mungkin akan terus bertambah
di tepian panjang ruas jalan
bentang peradaban yang kian menua
berhenti sesaat hanya sebagai rehat
dengan sebatang rokok harga murah
pula sebotol minum tanpa rasa
sebagai penghapus kantuk dan dahaga
yang kerap bersekutu
menghambat setiap ayunan langkah
tiada keluh kesah tercetak di raut muka
hanya layang pandang
pada lalu lalang roda-roda kendara
yang menderu angkuh melaju begitu saja tanpa sapa
mengejar segala kepentingan
yang mungkin menuntut kata segera
pula pada gedung-gedung megah
berisi etalase-etalase kaca
yang memajang barang-barang mewah
pula beragam kepentingan para penguasa dan pengusaha
yang ia tak pernah tahu apa
hanya pasti tak akan pernah menjadi miliknya
sesaat hanya, serupa iklan di layar kaca
sebelum kembali menyeret langkah
melanjutkan pencarian
yang memang belum bertemu kata sudah
di antara keramaian siang yang setia
menyajikan ragam cerita tentang kejujuran dan dusta
ya, laki-laki tua menuntun gerobak tua
membawa karung-karung tua
menjadi saksi bagi peradaban yang kian renta
yang lupa
dan mungkin sengaja melupa
tentang arti kebersamaan tanpa kasta
Bengkulu, 15 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H