Mohon tunggu...
Jansori Andesta
Jansori Andesta Mohon Tunggu... Wiraswasta - aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Laki-laki Tua, Gerobak dan Karung Tua

15 November 2019   22:31 Diperbarui: 15 November 2019   22:27 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

laki-laki tua menuntun gerobak tua
membawa karung-karung tua
menampung barang-barang usang
juga sisa-sisa
yang sengaja dan harus menjadi sisa
terbuang saja persis tanpa sepeser harga

terseok langkah, berjalan perlahan saja
berat menanggung segala beban
yang bertambah
dan mungkin akan terus bertambah
di tepian panjang ruas jalan
bentang peradaban yang kian menua

berhenti sesaat hanya sebagai rehat
dengan sebatang rokok harga murah
pula sebotol minum tanpa rasa
sebagai penghapus kantuk dan dahaga
yang kerap bersekutu
menghambat setiap ayunan langkah

tiada keluh kesah tercetak di raut muka
hanya layang pandang
pada lalu lalang roda-roda kendara
yang menderu angkuh melaju begitu saja tanpa sapa
mengejar segala kepentingan
yang mungkin menuntut kata segera

pula pada gedung-gedung megah
berisi etalase-etalase kaca
yang memajang barang-barang mewah
pula beragam kepentingan para penguasa dan pengusaha
yang ia tak pernah tahu apa
hanya pasti tak akan pernah menjadi miliknya

sesaat hanya, serupa iklan di layar kaca
sebelum kembali menyeret langkah
melanjutkan pencarian
yang memang belum bertemu kata sudah
di antara keramaian siang yang setia
menyajikan ragam cerita tentang kejujuran dan dusta

ya, laki-laki tua menuntun gerobak tua
membawa karung-karung tua
menjadi saksi bagi peradaban yang kian renta
yang lupa
dan mungkin sengaja melupa
tentang arti kebersamaan tanpa kasta

Bengkulu, 15 November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun