aih... aih...
puasa apa aku ini
pendengaran dan lisan
juga hati
tetap tak terjaga masih
ini tanganku
masih
berbuat sesuka hati
tak peduli
pantangan agama sendiri
mengambil hak orang lain
tanpa permisi
atau menyakiti
ini pendengaran lisanku
masih
mendengar dan berucap tanpa kendali
menguping dan memaki
mengumpat kesana kemari
mencari-cari
dan menceritakan kembali
keburukan saudara sendiri
dan hati ini
masih
menyimpan dengki
rasa iri
kesombongan
dendam tiada henti
dan beragam penyakit hati
pada saudara-saudara sendiri
nyaris tanpa peduli
puasa apa aku ini
kelakuan
masi seperti tempo hari
cacat
dan mencacati
di setiap gerak langkah
melalui hari
ada pula terbersit bisik sendiri
merasa diri
makhluk paling suci
paling benar di segala segi
nyaris tanpa tapi
memberhala amalan
yang ada hanya tiada lebih
dari besarnya biji sawi
aih... aih...
puasa apa aku ini?
dalam kesadaran
tiada lain aku dapati
lecutan tanya tiada henti
membungkam
keangkuhan diri sendiri
Bengkulu, 6 Juni 2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI