masihkah akan kita lihat kepakan sayap-sayap itu saudara
sedang mata kita terlajur sudah dilumuri noda
noda dogma yang entah
yang enggan melihat dan mengakui kebenaran yang ada
sayap-sayap yang lahir dari sejarah
dari tangan dan jiwa-jiwa yang enggan dijarah
pun hanya sejengkal tanah
sejengkal kadaulatan, harkat dan martabat bangsa
masihkah saudara, masihkah pula akan kita lihat kaki-kakinya
mencengkram erat selendang kebersamaan
sedang mata kita terlanjur suka mencari perbedaan yang ada
dan dengan ambisi menjadikannya alat pemecah belah
masihkah kita akan melihatnya
selendang yang ada bertajuk Bhineka Tunggal Ika
yang tercipta dari semangat persatuan para penghulu bangsa
maju serentak dari seluruh penjuru tanah persada
ya, masihkah akan kita lihat saudara
sang garuda perkasa mengangkasa di atas bentang khatulistiwa
dengan semangat yang telah dikalungkan di lehernya
oleh para punggawa yang tiada pernah mengenal kata menyerah
masihkah, sedang kita terlanjur berkubur dalam kesenangan yang ada
terbuai dalam khayalan-khayalan hampa
hingga lalai dan menggadaikan saja segala yang kita punya
hanya demi secuil kekayaan dan kejayaan yang nyata sesaat atau semu belaka
masihkah?
begitu adanya aku rasa tertera sebuah tanya
untuk dijawab oleh masing-masing kita
tanpa harus mengacungkan telunjuk menagih jawab pada sesama
Bengkulu, 1 Juni 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H