sehelai daun jatuh di pekarangan
rapuh menguning jasad
hilang hayat
hilang segala hajat
tak satu jua tangan sudi mengangkat
berkubang tanah dan pasir basah
berteman hanya seekor lalat
tiada pernah sekali ada akan dikenang
hijau yang ada kemarin
saat diri masih menghias dahan
memberi rindang
memberi teduh dan nafas kesejukan
pada segala kicau segala decak segala lenguhan
yang berharap naungan
dari segala gerah
segala panas yang mungkin menyapa badan
tiada pernah jua sekali ada akan diindahkan
setiap tanda dan kata isyarat
yang hendak disampaikan
pada segala hayat
segala gerak yang lalu lalang
dengan beragam niat beragam kepentingan
bahwa semua yang memiliki awalan
pastilah akan bertemu akhir
yang suka tak suka akan sama dirasakan
sampah. itulah hanya sapaan didapatkan
menyemak mata
mengganggu setiap pandangan
jadi aib jua yang tiada diharapkan
untuk ditimbun mungkin
dibakar di dalam liang pembuangan
atau segera akan disingkirkan
jauh dari segala pandang segala jangkauan
ya, sehelai daun jatuh di pekarangan
rapuh menguning jasad
hilang hayat
hilang segala hajat
tak satu jua tangan sudi mengangkat
berkubang tanah dan pasir basah
berteman hanya seekor lalat
serupa itulah mungkin
yang pernah ada sama kita rasakan
kawan
Bengkulu, 22 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H