Mohon tunggu...
Jansori Andesta
Jansori Andesta Mohon Tunggu... Wiraswasta - aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kita dan Cerita Zaman

16 Mei 2016   09:53 Diperbarui: 16 Mei 2016   10:10 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

deru laju roda kendara

berkejaran tak putus tak sudah-sudah

lekat kini menjadi warna

hilang kicau

hilang lenguh

hilang suara ternak semua

desing bising sudah penjuru arah

jadi hiburan bagi telinga

bersaing segala dentam demtum tak tentu apa

buah dari kesibukan

tangan-tangan dan kaki para pekerja

dari gudang

tepian jalan pula

entah dari mana-mana

ya, rindang ramah desa tak lagi bertemu

tergerus arus pembangunan

sebagai dalih kita untuk setiap kepentingan

sawah dan kebun menjelma rumah

rumah digusur berganti istana

atau gedung-gedung menjulang

yang nampak mewah dan menyilaukan mata

sisa luas hutan

bersiap pula jadi incaran selanjutnya

keserakahan bangsa kita

umat manusia

segar bening sungai mengalir

beralih rupa kini menjadi limbah

rumput hijau padang ilalang

berubah pula jadi tumpukan sampah

luas taman indah berbunga

jadi landasan beton merata

ya, itulah adanya bentukan ulah tangan-tangan kita

berbuat banyak sekehendak saja

sekali ada tak pernah merasa bersalah

pancar sinar matahari tak lagi ramah

sesap udara segar tak lagi dirasa

kebakaran di mana-mana

persis di setiap kemarau tiba

banjir pula tak dapat dicegah

ketika hujan menyapa

mengguyur alam tak sudah-sudah

bukit dipangkas digali suka-suka

sungai dikeruk tanpa rencana

tiada lain tiada bukan demi bongkahan harta

yang mungkin ada

melimpah

tersimpan di dalam dan di dasarnya

dalam bentuk apapun juga

ya, itulah adanya buah karya yang tercipta dari setiap kita

tiada lain, hanya

dengan alasan demi ekonomi keluarga

Hibrida Raya, 16 Mei 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun