deru laju roda kendara
berkejaran tak putus tak sudah-sudah
lekat kini menjadi warna
hilang kicau
hilang lenguh
hilang suara ternak semua
desing bising sudah penjuru arah
jadi hiburan bagi telinga
bersaing segala dentam demtum tak tentu apa
buah dari kesibukan
tangan-tangan dan kaki para pekerja
dari gudang
tepian jalan pula
entah dari mana-mana
ya, rindang ramah desa tak lagi bertemu
tergerus arus pembangunan
sebagai dalih kita untuk setiap kepentingan
sawah dan kebun menjelma rumah
rumah digusur berganti istana
atau gedung-gedung menjulang
yang nampak mewah dan menyilaukan mata
sisa luas hutan
bersiap pula jadi incaran selanjutnya
keserakahan bangsa kita
umat manusia
segar bening sungai mengalir
beralih rupa kini menjadi limbah
rumput hijau padang ilalang
berubah pula jadi tumpukan sampah
luas taman indah berbunga
jadi landasan beton merata
ya, itulah adanya bentukan ulah tangan-tangan kita
berbuat banyak sekehendak saja
sekali ada tak pernah merasa bersalah
pancar sinar matahari tak lagi ramah
sesap udara segar tak lagi dirasa
kebakaran di mana-mana
persis di setiap kemarau tiba
banjir pula tak dapat dicegah
ketika hujan menyapa
mengguyur alam tak sudah-sudah
bukit dipangkas digali suka-suka
sungai dikeruk tanpa rencana
tiada lain tiada bukan demi bongkahan harta
yang mungkin ada
melimpah
tersimpan di dalam dan di dasarnya
dalam bentuk apapun juga
ya, itulah adanya buah karya yang tercipta dari setiap kita
tiada lain, hanya
dengan alasan demi ekonomi keluarga
Hibrida Raya, 16 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H