Mohon tunggu...
Jansori Andesta
Jansori Andesta Mohon Tunggu... Wiraswasta - aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seperti Biasa, Hujan Tak Dapat Ditawar-tawar

8 Mei 2016   21:57 Diperbarui: 8 Mei 2016   22:02 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

photo arsip pribadi

seperti biasa kawan, hujan tak dapat ditawar-tawar

tak dapat dicegah walau hanya sebentar

bilamana awan tak lagi tegar

diguncang angin yang terus berembus mengitar

pecahlah ia tumpahkan air tiada tertakar

menyebar, ke segenap penjuru luas terhampar

menyebar, menyapu debu dan berikan rasa segar

seperti biasa pula kawan, di ruang kerja aku duduk bersandar

pada kursi empuk yang selalu membujuk untuk bersandar

sembari membolak-balik lembar-lembar kerja bertumpuk tak wajar

yang aku sendiri tak tahu bila semua akan kelar

saat hasrat kemalasan perlahan nyata mulai menjalar

merasuk ke dalam diri tak lagi terpagar

dengan kelakar di lentik lidah: ingin rihat walau sebentar

tersentak, sejenak aku sempatkan mata untuk memantau ke luar

dari celah pintu yang sengaja tidak dibuka lebar

bertanya di hati: apakah warna hari telah kembali bertukar?

dari gelapnya mendung bersambung hujan ke cerahnya sinar

sebab sempat teringat aku pada rencana-rencana yang terpaksa buyar

dan tak sempat aku himpun dalam satu sampul bernama sabar

berjilid rapi sebagai berkas-berkas ikhtiar

seperti biasa kawan, hujan tak dapat ditawar-tawar

tak dapat dicegah walau hanya sebentar

dan di ruang kerja aku duduk bersandar

terbuai oleh rasa kantuk dan kemalasan yang menjalar

enggan untuk beranjak pun sejenak melangkah keluar

tetap berdiam diri pun sadar perut mulai terasa lapar

berontah, menagih janji-janji yang belum sempat dibayar

Bengkulu, 8 Mei 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun