yang aku sendiri tak tahu bila semua akan kelar
saat hasrat kemalasan perlahan nyata mulai menjalar
merasuk ke dalam diri tak lagi terpagar
dengan kelakar di lentik lidah: ingin rihat walau sebentar
tersentak, sejenak aku sempatkan mata untuk memantau ke luar
dari celah pintu yang sengaja tidak dibuka lebar
bertanya di hati: apakah warna hari telah kembali bertukar?
dari gelapnya mendung bersambung hujan ke cerahnya sinar
sebab sempat teringat aku pada rencana-rencana yang terpaksa buyar
dan tak sempat aku himpun dalam satu sampul bernama sabar
berjilid rapi sebagai berkas-berkas ikhtiar