Mohon tunggu...
Jansori Andesta
Jansori Andesta Mohon Tunggu... Wiraswasta - aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Kartini RTC] Alifah Namanya

21 April 2015   22:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:49 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

No. Peserta: 8

Alifah namanya, sangat belia, tujuh tahun mungkin usianya, berjalan sendirian menyusuri sebuah gang kecil yang sudah begitu dia hafal. Sambil berlari kecil dia terus menyusuri gang tersebut dan bibir mungilnya tak putus mendendangkan lagu tentang seorang pahlawan wanita yang sangat dikaguminya.

"Ibu kita kartini
putri sejati
putri Indonesia
harum namanya"


Dengan nada yang penuh dengan penghayatan dia menyanyikannya, pun tak satupun alat musik yang mengiringi dan juga tak ada satu orang pun yang akan mendengarnya, apalagi untuk memberi pujian untuk suaranya yang merdu.

Persis di ujung gang dia berhenti, di depan sebuah bangunan yang dia sebut sebagai rumah walau sebenarnya tak pernah layak disebut sebagai rumah. Dinding papan, atap seng tua tak terhitung jumlah tambalannya yang sebagian sudah diganti dengan terpal. Tak perlu dibayangkan bagaimana nasibnya bila turun hujan deras atau ada angin kencang yang melintas di sana. Tapi Alifah tak pernah mempermasalahkannya, dia tetap merasa nyaman tinggal di dalamnya. Yang penting baginya adalah ada tempat untuknya beristirahat ketika dia merasa lelah dan bila malam hari tiba.

Ya, di sanalah dia tinggal bersama seorang wanita tua yang tidak lain adalah neneknya sendiri. Neneknya itulah yang telah mengajarinya banyak hal, tentang perjuangan, tentang kerja keras, tentang kesabaran, tentang kesederhanaan dan tentang hal-hal lainnya yang dia yakini tidak akan pernah dia dapatkan dari orang tuanya yang sedari dia bayi telah meninggalkan mereka tanpa alasan yang jelas. "Ingin merantau dan mencari kerja di kota", itulah alasan yang diberikan kedua orang tuanya kepada nenek.

Di mata Alifah nenek adalah sosok Pahlawan yang telah banyak berjasa, sosok Kartini yang dapat ditemui secara nyata, bukan hanya sebatas cerita atau sejarah. Terlihat jelas oleh Alifah sisa-sisa kecantikan neneknya tersebut di masa mudanya di balik keriput wajah dan di balik raga yang sudah semakin tua ditempah oleh berbagai macam cobaan pula penderitaan hidup yang dilalui tanpa pernah menyerah.

Perlahan Alifah melanglah memasuki pintu bangunan yang terbuka begitu saja. Daun pintunya lepas dan belum sempat diperbaiki. Perlahan betul dia melangkah, takut membangunkan neneknya yang mungkin sedang tidur di dalamnya setelah seharian bekerja sebagai pemulung yang mengumpulkan gelas-gelas plastik dan kardus bekas.
Tapi kali ini, apa yang ditemuinya tidak seperti apa yang ditakutkan. Tak ditemuinya nenek di dalam bangunan, sepertinya nenek belum pulang sedari dia berangkat mencari barang bekas yang biasa dikumpulkannya pagi hari tadi. Kekhawatiran mulai menjalari pikiran dan perasaannya. Bagaimana tidak, hari sudah sore dan di atas awan gelap mulai menyelimuti sekitar pertanda tak lama lagi akan turun hujan yang cukup deras tapi seorang yang diharapkan akan ditemuinya tidak ada seperti biasanya. Dicobanya mencari di sekitar, tapi sosok sang nenek tak juga dia temukan. Sudah setengah jam dia mencari dan hujanpun sudah mulai turun walau belum terlalu deras dan Alifah akhirnya memilih untuk menunggu saja neneknya di rumah. Dalam penantian, terlintas di fikirannya bahwa nenek terjaring oleh razia yang saat ini rutin dilakukan oleh para petugas untuk menertibkan gelandangan dan pengemis seperti mereka.

Satu jam sudah berlalu dan hujan deras yang mengguyur belum menampakkan tanda-tanda akan segera berhenti. Menahan dingin Alifah mencoba memejamkan mata, dalam hatinya terus berharap dan berdo'a besok pagi dia akan kembali bertemu dengan seorang yang dia tunggu kehadirannya. Dia tidak ingin kehilangan orang yang sangat disayanginya, orang yang selama ini mengasuh dan membesarkannya. Apalagi di hari yang spesial besok, hari Kartini, hari dimana orang-orang memperingati tentang seorang Pahlawan wanita yang sangat dia kagumi ada sebuah kejutan yang sengaja telah disiapkannya beberapa hari sebelumnya.

Ya, Alifah namanya, dalam hatinya tiada henti berdo'a:
"Tuhan, dengan kuasaMu, dengan Kasih SayangMu lindungilah orang yang sangat Alifah sayangi dan Alifah kasihi di manapun dia berada saat ini. Tuhan, perkenankanlah pula Alifah untuk bertemu kembali dengannya dan memberikan sedikit kebahagiaan di hari tuanya walau mungkin untuk pertama dan terakhir kalinya. Perkenankanlah Tuhan, perkenankan do'a Alifah. Aamiin."

Habis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun